Kehidupan sosial Kenegaraan seperti ini sudah dilakukan oleh Bapak Manusia ribuan tahun yang lalu.
Bapak manusia itu adalah Simbol Rejim Patriarki.
Ketika Bapak Manusia mati justru anak cucunya secara fanatis menjadikan Bapak Manusia berikutnya dan sebagai sumber dari seluruh nilai nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan.
Sejak itulah terjadi model model persembahan dan terus termodifikasi hingga saat ini.
Akhirnya kita kami kamu mereka sebagai manusia mengklaim orang orang yang melanjutkan tradisi leluhur itu sebagai manusia yang berdimensi Religius.
Dan mereka terperangkap dengan yang namanya ( TELOS). Yakni sebuah kisah yang berawal dan berakhir Alfa sampai Omega.
Meskipun secara Eskatologis itu hanyalah untaian untaian harapan yang tidak kunjung tiba tetapi anak anak manusia yang berdimensi Religius itu tetap melakukan seremonial itu bahkan dalam bentuknya yang paling SAKRAL berupa UPACARA.
Dan yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah Bahwa Tujuan Tujuan ( TELOS) itu tidaklah dijadikan sebagai pancang pancang kebenaran dan kebaikan dikarenakan historitas manusia tidak hanya ditentukan oleh *DIMENSI RELIGIUS* semata melainkan juga ditentukan oleh *DIMENSI ETIS* , dimensi Estetis dan berbagai Sub sub Dimensi.
Kemajuan itu tidak stagnan pada satu dimensi saja melainkan adalah adonan dari berbagai dimensi dan sub sub dimensi yang dikonvergensikan dengan pergulatan dan bila mana mungkin dengan TRAGEDI.
Ada Pergulatan yang bernama Politik Ekonomi Sosial maupun Revolosi Budaya dsb dan juga adanya berbagai TRAGEDI.
Tragedi FILOSOFIS.
Tragedi RELIGIUS.
Tragedi Sain dan Tehnologi maupun Tragedi Idiologis.
Dunia tidak dapat dibangun hanya dengan komat kamit saja ( itu yang harus disadari oleh anak anak manusia khususnya yang hidup berkehidupan berada beribu gunung berapi, banyak pulau dan pantai serta berdua musim digaris katulistiwa).
Dan juga tidak bisa dibangkitkan hanya dengan Candu Candu Sosial berupa konstruksi budaya dan konstruksi sosial yang ILUSIF dan HALUSINASIF.
Dunia Sosial terus bekerja dan bagi anak anak manusia yang masih ketagihan dengan candu sosial maka kesempatan untuk menjadi *Manusia Konkret* tidak akan didapatkan didalam hidupnya dan karena mereka adalah manusia yang didalam konstruksi kesadarannya ada lingkaran setan yang pelik rumit dan berbelit.
Itulah tugas pemerintah khususnya Pemerintah Republik Indonesia siapapun bergiliran berkuasa untuk membersihkan kekotoran batin dan kekotoran kesadarannya agar *menjadi manusia manusia Indonesia yang konkret memiliki kompetensi dan bertalentakan yaitu ber PANCASILA secara murni dan konsekuen* sehingga terwujudnya kedamaian kegotongroyongan kemakmuran bagi seluruh lapisan Rakyatnya._
_*M E R D E K A….!!!*_
Penulis
Djoko Sukmono
Badan Pendidikan dan Pelatihan
Gerakan Pemuda Nasionalis Marhaenis