Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bojonegoro menganjurkan para petani bawang merah agar menggunakan biji bukan dari umbi untuk disemai.
Anjuran tersebut diberikan Karena menggunakan biji ternyata memiliki dampak lebih efekti untuk meningkatkan produktivitas barang merah.
Kepala bidang ( Kabid) Tanaman Pangan Holtikultura dan perkebunan, DKPP Kabupaten Bojonegoro Imam Nurhami, menguraikan pengembangan bawang merah dari biji unggul dapat meningkatkan jumlah produksi.
Sebelumnya Inovasi ini telah dilakukan uji coba oleh Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) pada tahun 2024 yang lalu.
Lembaga tersebut menjelaskan Bahwa menanam bawang merah dengan biji memiliki keunggulan dari segi biaya produksi.
Menanam bawang merah dengan biji hasil panen bisa meningkat yakni minimal setiap panen mencapai 25 ton perhektar.
Sedangkan jika menggunakan umbi dengan biaya produksinya satu hektar satu ton bibit umbi, hanya mampu menghasilkan kisaran 9 sampai 15 ton saja.
Memang menggunakan biji masa panen lebih lama, disebabkan menama pakai biji harus disamai dulu seperti padi, membutuhkan waktu kurang lebih kisaran 35 hari baru dapat dipindahkan alias ditanam.
Lembaga tersebut juga memberikan analisa, Untuk budidaya bawang merah, menggunakan biji, petani hanya membutuhkan 3kg sampai 4 kilogram perhektarnya, dapat melakukan efesiensi cukup besar. Memang harga per 500 gramnya Rp. 185.000 atau Rp. 370 perkilogram.
Ketua yayasan Suara petani Indonesia ( YSPI) Cabang Bojonegoro menyarakan kepada DKPP Kabupaten Bojonogoro ketika ada inovasi baru yang sudah teruji oleh lembaga sekredible BRIN idealnya pemerintah memberikan pelatihan serta pendampingan agar para petani memahami dengan baik.
karena dengan biaya produksi yang minim tentu para petani akan memilih tanaman atau budidaya seperti yang dianjurkan, tetapi sangat sering terjadi dilapangan bahwa informasi yang bermanfaat ini tidak sampai kepada masyarakat tani.
Melihat peristiwa tersebut peran para penyuluh pertanian sangat dibutuhkan oleh para petani untuk meningkatkan kealitas budidaya dan hasil panen.
Memang untuk merubah budaya tanam sebelumnya agak sulit namun itu bukan sesuatu yang tidak mungkin, namun semua ini tergantung kemauan dan upaya para pemangku kebijakan serta praktisi dibidang pertanian untuk melakukan penyadaran atau pendampingam masyarakat tani.
Penulis
SAHDAN
Ketua Yayasan Suara Petani Indonesia
Cabang Bojonegoro