Peristiwa politik menjadi momentum untuk menentukan siapa pemimpin yang akan di pilih.
Anggota organisasi pemerintah dilarang untuk terlibat langsung dalam aktivitas politik praktis.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian meminta pengurus Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK).
Agar bekerja secara profesional dan menjaga netralitas pada pelaksanaan Pilkada Serentak 2024.
Tujuannya adalah untuk mewujudkan pemilihan yang bersih dan bebas intervensi.
“Hati-hati, jangan sampai nanti PKK dibawa ikut dalam politik praktis,” kata Tito dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Pj. Ketua TP PKK sekaligus Pj. Ketua Pembina Posyandu Provinsi Aceh yang dilantik dan dikukuhkan, yaitu Safriati Safrizal.
Untuk pengurus Provinsi Kepulauan Babel yang dilantik dan dikukuhkan yaitu Dya Sugito.
Lebih lanjut, dia mengingatkan pengurus TP PKK agar jangan sampai masuk ke dalam politik praktis.
Apalagi terlibat dalam upaya memenangkan pasangan calon (paslon) tertentu.
Karena jika hal itu terjadi, maka citra PKK akan menjadi tidak baik dan terpengaruh faktor politik.
Sebaliknya, Mendagri meminta pengurus TP PKK untuk berfokus pada 10 program pokok PKK.
Sesuai dengan amanah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang telah ditetapkan.
“Karena apa pun juga adalah, image Ibu adalah istri Pj. (gubernur) yang harus netral.
Dan kemudian mungkin beda dengan PKK yang bapaknya (suaminya) kader partai politik.
Pak Safrizal dan Pak Sugito ini bukan kader (partai) politik, (melainkan) birokrat murni yang harus netral, (dengan status) ASN,” ungkapnya.
Selain itu, Tito meminta para pengurus TP PKK untuk menggerakkan organisasi di daerah masing-masing agar semakin dirasakan keberadaannya di tengah masyarakat.
Sebagai koordinator bagi TP PKK tingkat kabupaten/kota, Ketua TP PKK Provinsi.
Misalnya, dapat mengadakan rapat rutin berkaitan dengan program pokok PKK.
“Buatlah rapat sekali paling tidak, (atau) dua kali mungkin dalam masa jabatan.
Buatlah sekali di awal, bangun komunikasi, apa yang dikerjakan tiap-tiap daerah,” ujar Tito.