Tari Kataga Dari Sumba Barat, Mengajarkan ketangkasan, kekuatan, dan keberanian dalam menegakkan kebenaran

- Jurnalis

Kamis, 4 Januari 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Peragaan salah satu gerakan perang

Peragaan salah satu gerakan perang

Indonesia memiliki beraneka ragam kesenian, budaya dan kearifan lokal.

Sehingga menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang kaya nilai seni.

Tari kataga adalah tarian perang tradisional Indonesia yang berasal dari Sumba Barat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Kataga” sendiri berasal dari kata “taga” yang artinya belah kepala atau pancung.

Dipadukan dengan awalan “ka”, maka kataga memiliki arti ‘mari kita pancung/belah kepalanya’.

Tari kataga menggambarkan nuansa suasana dan kemenangan perang antarsuku.

Oleh sebab itu semua penarinya adalah laki-laki membawa properti pedang dan perisai.

Jumlah penari yang tampil tidak dibatasi dalam pertunjukan tari tersebut.

Tarian melibatkan sekitar delapan orang atau lebih bahkan bisa mencapai 30 orang.

Dari semua jumlah penari yang mengikuti acara pementasan tersebut.

Kemudian dibagi ke dalam dua kubu sebagai simbol perang antara dua suku.

Tari kataga memiliki nilai historis karena sudah ada sejak zaman dahulu.

Baca Juga :  Dongeng Danau Lipan Kalimantan Timur, Memiliki Ratu Cantik Tetapi Tidak Mau Dinikahi Raja China

Keberadaannya pun berdasarkan pada sejarah masyarakat Sumba yang turun menurun.

Tari kataga memiliki nilai seni yang bisa dilihat dari kostum dan gerakan para penari.

Dari sisi filosfisnya, tarian ini melambangkan ketangkasan, kekuatan, dan keberanian dalam menegakkan kebenaran.

Masyarakat Sumba masih melestarikan kesenian kataga dengan berbagai acara diantaranya :

• Upacara adat

• Pembangunan rumah

• Pembentukan atau pendirian kampung baru

• Pesta pernikahan

• Festival budaya

• Acara-acara besar yang menampilkan kataga untuk menyambut para tamu kehormatan

Menurut sejarahnya, tari kataga lahir dari budaya perang di masa lampau sebelum merdeka.

Yakni di desa peninggalan zaman Megalitikum bernama Anakalang.

Zaman dahulu kerap terjadi peperangan antarmarga (kampung dan suku) yang disebut perang tanding.

Kondisinya mengerikan karena kerap menyebabkan kekacauan, kericuhan, dan ketakutan.

Pihak pemenang akan memenggal dan membawa pulang kepala musuh yang kalah.

Baca Juga :  Kebudayaan Indonesia Yang Pernah Diakui Oleh Negara Luar negeri

Tujuannya yaitu dijadikan sebagai simbol kemenangan dari peperangan.

Kepala musuh kemudian digantung di andung pelataran (pohon di depan rumah).

Pohon ini dipenuhi banyak tengkorak musuh sebagai lambang kekuatan dan kemanangan.

Tetapi ketika ada pihak ketiga yang mengusulkan perjanjian perdamaian antara kedua suku yang berperang.

Maka tengkorak kepala musuh tersebut bisa diambil oleh keluarga mendiang.

Sekaligus menjadi simbol perdamaian di antara keduanya sehingga tidak bertikai lagi.

Kemudian pihak keluarga akan mengebumikan tengkorak secara adat.

Biasanya setelah kedua suku berdamai, para prajurit yang terlibat perang akan memperagakan cara mereka berperang.

Serta memperlihatkan bagaimana cara menyerang, menangkis, menghindar dan bahkan memotong kepala musuh.

Namun, perang tanding ditiadakan seiring berjalannya perkembangan zaman.

Gerakan perang tersebut dialihkan menjadi gerak tari yang sekarang dikenal sebagai tari kataga

 

Berita Terkait

Puncak Festival Harmoni Budaya Nusantara IKN Semakin Meriah Dengan Penampilan Reog Ponorogo
Majelis Adat Budaya Melayu Kalimantan Barat Melibatkan Negara Luar Negeri Dalam Sebuah Festifal
Pemilihan Putra-Putri Batik Nusantara Didukung Oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Artis Ibu Kota, Puteri Indonesia Memakai Kostum Spektakuler Pada Puncak JFC ke 22
Kongres Wanita Indonesia Bahagia Bisa Merayakan Hari Kebaya Nasional, Melaksanakan Keputusan Presiden Jokowi
Kebaya Warisan Kebudayaan Bangsa Yang Harus Dipertahankan Eksistensinya, Berikut Pernyataan Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto
Peringatan Hari Kebaya Nasional 2024 Mirip Dengan Acara Yang Dilakukan Presiden Soekarno
Jamu Harus Dilestrikan Keberadaannya Karena MErupakan Ciri Khas Indonesia, Berikut Peryataan Ketua DPR RI

Berita Terkait

Sabtu, 7 September 2024 - 23:14 WIB

Puncak Festival Harmoni Budaya Nusantara IKN Semakin Meriah Dengan Penampilan Reog Ponorogo

Rabu, 21 Agustus 2024 - 22:15 WIB

Majelis Adat Budaya Melayu Kalimantan Barat Melibatkan Negara Luar Negeri Dalam Sebuah Festifal

Rabu, 21 Agustus 2024 - 22:12 WIB

Pemilihan Putra-Putri Batik Nusantara Didukung Oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Senin, 5 Agustus 2024 - 12:43 WIB

Artis Ibu Kota, Puteri Indonesia Memakai Kostum Spektakuler Pada Puncak JFC ke 22

Rabu, 24 Juli 2024 - 12:54 WIB

Kongres Wanita Indonesia Bahagia Bisa Merayakan Hari Kebaya Nasional, Melaksanakan Keputusan Presiden Jokowi

Berita Terbaru