Desukarnoisasi adalah sebuah gerakan yang terstruktur, masif, dan sistematis. Gerakan ini disokong oleh ideologi besar dunia yang bernama kapitalisme. Sedangkan kapitalisme adalah ekspresi niscaya dari imperialisme. Maka, desukarnoisasi adalah tindakan yang dilakukan oleh orang-orang yang telah menjadi antek kapitalis.
Inilah yang dahulu disampaikan oleh Paduka yang Mulia, Pemimpin Besar Revolusi, penyambung lidah rakyat Indonesia itu:
Bahwa yang kalian hadapi nantinya adalah imperialis yang berfisik rakyat Indonesia sendiri.
Mereka berasal dari orang-orang yang mabuk akan budaya asing.
Ciri-ciri imperialis saat ini adalah:
- Kapitalis birokrat
- Kapitalis yang berwajah pancasilais
- Kapitalis yang berwajah marhaenis
- Para reaksioner yang berwajah revolusioner
Tetap waspada terhadap segala sesuatunya.
Sedang ada operasi senyap.
MERDEKA.
Sebuah Potret Kebesaran Suatu Bangsa
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang telah digembleng keadaan.”
— Bung Karno
“Jadilah besar dan jangan runtuh.”
— Bung Karno
“Kebesaran suatu bangsa tidak tiba-tiba turun dari langit, melainkan hanya dengan:
KERJA… KERJA… dan KERJA.”
— Bung Karno
“Keberuntungan itu tidak ada (tenguk-tenguk nemu getuk).
Keberuntungan hanya datang kepada bangsa yang berdikari.”
— Bung Karno
“Hanya dengan keberdikarian bangsa, maka NEKOLIM akan terhapus dari muka bumi.”
— Bung Karno
Monolog
Esensi bangsa Indonesia telah berada pada posisi yang disorientatif terhadap keberadaan ontologisnya.
Keberadaan ontologis otentik bangsa Indonesia adalah Pancasila dan UUD 1945.
Lalainya Pemerintah Republik Indonesia dalam menjalankan politik negara kesatuan telah berakibat pada lahirnya embrio disintegrasi bangsa.
Politik negara kesatuan bersumber dari filosofi persatuan, kesatuan, dan keutuhan bangsa dan negara.
Dari Sabang sampai Merauke bukan sekadar keberadaan historis-topografis, melainkan merupakan keberadaan ontologis-ideologis kewilayahan yang terintegrasi secara harmonis di dalam wadah NKRI.
Dengan postulat yang bernama Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa (sayuk tan keno gotang).
Prolog
Sebuah konsekuensi dari negara kesatuan adalah:
Kesatuan di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan kewilayahan. Ini adalah konsekuensi logisnya.
Namun tiba-tiba datang gelombang perubahan yang bernama Reformasi, yang menghempaskan pilar-pilar negara kesatuan.
Strategi instruksionalnya menyatakan bahwa tatanan Negara Kesatuan Republik Indonesia harus dilakukan restrukturisasi dan rekonstruksi di berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan model yang secara sengaja meniadakan kebudayaan dan peradaban bangsa.
Dengan kekuatan yang terstruktur, sistematis, dan masif, NKRI diarahkan menuju disintegrasi bangsa.
Dan dapat dipastikan, ini akan mengakibatkan terpecah-belahnya persatuan, kesatuan, dan keutuhan bangsa Indonesia.
Epilog
Presiden Republik Indonesia diperintahkan untuk segera mengambil tindakan-tindakan sepihak terhadap kegentingan nasional Indonesia ini.
Yakni: menyatakan bahwa NKRI adalah harga mati.
Dan bahwa konsekuensi sebuah Republik Indonesia adalah:
Kebangsaan Indonesia
Mufakat
Berkepribadian dalam kebudayaan Indonesia
Tidak ada alasan untuk menunda.
Waktu yang tersedia tinggal sedikit.
Penulis
Djoko Sukmono
Badan Pendidikan dan Pelatihan
Gerakan Pemuda Nasionalis Marhaenis