Pada masa ini corak hidup yang berasal dari masa sebelumnya masih berpengaruh terhadap perialku dan sosial masyarakat.
Yakni dengan Hidup berburu dan mengumpulkan makanan dari alam sekitar ditegaskan dengan bukti dari bentuk alatnya yang dibuat dari batu, tulang dan kulit kerang.
Bukti-bukti terkait dengan kehidupan manusia pada masa mesolithik berhasil ditemukan pada tahun 1961 di Gua Selonding, Pecatu (Badung).
Gua ini terletak di pegunungan gamping di Semenanjung Benoa dan ditemukan oleh peneliti sejak dahulu kala.
Di sekitar daerah ini juga terdapat goa yang ukurannya lebih besar yakni Gua Karang Boma, namun goa ini tidak terdapat suatu bukti kehidupan yang pernah berlangsung disana.
Selama penggalian dalam Gua Selonding ditemukan alat-alat terdiri dari alat serpih dan serut dari batu dan sejumlah alat-alat dari tulang.
Di antara alat-alat yang terbuat dari tulang ada beberapa lencipan muduk yaitu sebuah alat sepanjang 5 cm yang kedua ujungnya diruncingkan.
Alat-alat semacam ini juga ditemukan di sejumlah gua Sulawesi Selatan pada tingkat perkembangan kebudayaan Toala dan terkenal hingga di Australia Timur.
Di daerah luar Bali ditemukan lukisan dinding-dinding gua yang memiliki corak dan bentuk menyerupai kebiasaan manusia.
Diantaranya menggambarkan kehidupan sosial ekonomi dan kepercayaan masyarakat pada waktu itu.
Lukisan-lukisan yang tergambar dinding goa atau di dinding-dinding karang itu diantaranya berupa cap-cap tangan, babi rusa, burung, manusia, perahu, lambang matahari, lukisan mata dan sebagainya.
Beberapa lukisan lain kualitasnya lebih berkembang pada tradisi dan artinya menjadi lebih terang juga.
Ada beberapa daerah sebagai pembanding di antaranya adalah lukisan kadal seperti yang terdapat di Pulau Seram dan Papua.
Gambar tersebut bisa jadi mengandung arti kekuatan magis yang dianggap sebagai penjelmaan roh nenek moyang atau kepala suku.