Petani merupakan fondasi utama dalam struktur sosial-ekonomi masyarakat agraris, termasuk Indonesia yang dikenal sebagai negara dengan kekayaan alam melimpah dan potensi pertanian yang besar. Meskipun peran petani sering kali dipandang sebelah mata dalam narasi pembangunan modern yang banyak menyoroti sektor industri dan teknologi, kontribusi mereka terhadap kemajuan bangsa sesungguhnya bersifat fundamental. Petani tidak hanya berperan dalam menyediakan kebutuhan pangan, tetapi juga menjadi ujung tombak dalam menjaga ketahanan nasional, menciptakan lapangan kerja, melestarikan budaya lokal, dan menopang perekonomian nasional secara berkelanjutan.
Pertanian adalah sumber utama ketahanan pangan nasional. Dalam perspektif pembangunan nasional, ketersediaan pangan yang cukup, aman, dan bergizi merupakan prasyarat utama untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan produktif. Petani sebagai pelaku utama sektor pertanian memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan bahwa pangan tersedia secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan domestik. Apabila petani tidak didukung dengan baik atau tidak dihargai secara layak, maka produksi pangan akan terancam, yang pada akhirnya dapat mengganggu stabilitas sosial dan ekonomi.
Kedaulatan pangan sebagai salah satu pilar penting dalam menjaga kedaulatan negara sangat bergantung pada keberdayaan petani. Negara yang tidak mampu memproduksi pangan sendiri dalam jumlah yang mencukupi akan sangat rentan terhadap krisis global, fluktuasi harga, dan ketergantungan terhadap impor. Dalam hal ini, peran petani menjadi sangat strategis karena keberlangsungan hidup suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dari kemampuan negara tersebut dalam mencukupi kebutuhan pokok rakyatnya secara mandiri. Oleh karena itu, memperkuat posisi petani dalam sistem pangan nasional bukan hanya persoalan kesejahteraan individu, tetapi juga menyangkut kemandirian bangsa.
Lebih jauh, sektor pertanian menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Di banyak wilayah pedesaan di Indonesia, pertanian adalah mata pencaharian utama yang mendukung kehidupan jutaan keluarga. Petani dan keluarganya menjadi bagian dari jaringan ekonomi lokal yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi daerah. Melalui kegiatan bercocok tanam, beternak, dan bertani, mereka menggerakkan sektor pendukung lainnya seperti perdagangan hasil tani, alat pertanian, pupuk, serta logistik. Dalam konteks ini, petani secara tidak langsung mendorong sirkulasi ekonomi dan menciptakan multiplier effect bagi pembangunan nasional.
Kontribusi petani juga tidak dapat dilepaskan dari peran mereka dalam menjaga kelestarian lingkungan dan keseimbangan ekosistem. Dalam praktik pertanian tradisional, banyak petani yang menerapkan prinsip-prinsip ekologis seperti pertanian organik, rotasi tanaman, dan konservasi air. Meskipun tekanan modernisasi dan industrialisasi sering kali meminggirkan praktik ini, kenyataannya petani merupakan agen penting dalam pelestarian alam dan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Mereka memahami karakteristik tanah, musim, serta flora dan fauna lokal, yang jika dikelola dengan benar, dapat mendukung pembangunan berkelanjutan dan mengurangi dampak negatif perubahan iklim.
Petani juga memiliki peran penting dalam menjaga dan mewariskan budaya bangsa. Tradisi bertani yang diwariskan turun-temurun merupakan bagian dari identitas budaya lokal. Sistem pertanian seperti Subak di Bali, Ladang berpindah di Kalimantan, atau Padi organik di Jawa Tengah, adalah contoh dari pengetahuan lokal (local wisdom) yang tidak hanya bernilai ekonomis, tetapi juga memiliki nilai filosofis dan spiritual yang mendalam. Dalam masyarakat agraris, aktivitas bertani menyatu dengan kehidupan sosial, upacara adat, serta struktur sosial masyarakat. Oleh karena itu, peran petani tidak hanya sebagai produsen pangan, tetapi juga penjaga budaya dan nilai-nilai luhur bangsa.
Di tengah perkembangan zaman yang semakin pesat, peran petani mengalami tantangan yang kompleks. Alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri atau pemukiman, ketergantungan pada pupuk kimia dan benih impor, serta rendahnya harga jual hasil panen, menjadi masalah klasik yang belum terselesaikan. Selain itu, regenerasi petani juga menjadi isu krusial. Generasi muda cenderung enggan menjadi petani karena profesi ini sering dipersepsikan sebagai pekerjaan yang tidak menjanjikan, berat, dan tidak modern.
Untuk menjawab tantangan tersebut, negara dan seluruh pemangku kepentingan perlu mengambil langkah konkret dalam memberdayakan petani dan menjadikan pertanian sebagai sektor yang strategis dan berdaya saing. Pendidikan dan pelatihan berbasis teknologi pertanian modern perlu diperluas agar petani dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja. Penggunaan teknologi digital seperti internet of things (IoT), sistem informasi geografis (GIS), dan marketplace pertanian dapat memberikan akses lebih luas kepada petani terhadap informasi pasar, cuaca, hingga distribusi hasil panen.
Pemerintah juga perlu menjamin perlindungan hukum dan ekonomi terhadap petani melalui regulasi harga dasar komoditas, subsidi pupuk dan benih yang tepat sasaran, serta akses permodalan dan asuransi pertanian. Dalam hal ini, kebijakan pertanian harus berbasis pada keadilan sosial dan kebutuhan nyata para petani, bukan semata-mata berdasarkan pendekatan ekonomi makro yang sering kali mengabaikan konteks lokal.
Koperasi tani dan lembaga ekonomi kerakyatan perlu diperkuat sebagai instrumen kolektif dalam meningkatkan posisi tawar petani terhadap tengkulak dan pasar. Dengan bergotong royong melalui kelembagaan yang kuat, petani tidak hanya menjadi penerima kebijakan, tetapi juga pelaku aktif dalam rantai nilai pertanian. Hal ini akan menciptakan kemandirian ekonomi desa dan memperkuat struktur sosial masyarakat secara keseluruhan.
Dalam kerangka pembangunan bangsa yang berdaulat dan berkeadilan, petani seharusnya tidak diposisikan sebagai kelompok marjinal, tetapi sebagai pahlawan pembangunan yang sejajar dengan profesi lainnya. Petani telah menunjukkan ketangguhan dan kesetiaan mereka dalam menjaga pangan bangsa, bahkan dalam situasi krisis sekalipun. Ketika pandemi COVID-19 melanda, sektor pertanian tetap bertahan dan menyuplai kebutuhan dasar masyarakat di tengah stagnasi sektor lainnya. Ini adalah bukti nyata bahwa keberadaan dan peran petani adalah elemen vital dalam menjaga keberlangsungan kehidupan bangsa.
Sebagai penutup, petani memainkan peran kunci dalam membangun kemajuan bangsa. Mereka tidak hanya penyedia pangan, tetapi juga penggerak ekonomi, penjaga lingkungan, dan pelestari budaya. Mengabaikan peran petani berarti meremehkan fondasi utama pembangunan nasional. Oleh karena itu, negara dan seluruh elemen masyarakat harus menghormati, mendukung, dan memberdayakan petani sebagai bagian tak terpisahkan dari strategi besar pembangunan bangsa yang berdaulat, adil, dan berkelanjutan.
Penulis
SAHDAN
Ketua Yayasan Suara Petani Indonesia
Cabang Bojonegoro