Lahirnya Budaya Merantau Suku Madura Menurut Kuntowijoyo, Dipengaruhi Oleh Musim Tanan dan Ongkos Perjalanan

- Jurnalis

Rabu, 15 Mei 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

Madura merupakan wilayah yang dikelilingi oleh lautan dan dihuni oleh masyarakat yang semangat bekerja.

Keberadaan masyarakat madura bisa jadi tersebar dari Sabang hingga Merauke karena memiliki budaya merantau.

Budaya merantau suku Madura sudah dilakukan sebelum Indonesia merdeka dengan jangkauan yang luas.

Hal ini dibuktikan pada tahun 1806 telah banyak perkampungan Madura di karesidenan Jawa bagian timur.

Misalnya di wilayah Puger, Banyuwangi ada 22 Desa Madura. Di Probolinggo 3 Desa dan di Pasuruan 25 Desa.

40 tahun kemudian yakni tahun 1846, jumlah total penduduk Madura yang bermukim di karesidenan Jawa bagian timur mencapai 498.273 jiwa.

Baca Juga :  Hotel di Tangerang Menyala dan Sulit Dipadamkan, Ada Korban Jiwa Yang Tidak Sempat Diselamatkan

Sedangkan yang bermukim dan tinggal didekat daerah misalnya Surabaya, Gresik dan Sedayu, mencapai 240 ribu jiwa.

Penyebaran semakin rata seiring dengan pembukaan perkebunan di Jawa pada zaman penjajahan, yang menarik minat orang Madura menjadi buruh.

Kondisi ini ditunjang oleh ongkos berlayar yang murah, hanya 25 sen per kepala yang mempercepat arus migrasi di Madura.

Karena modal ongkos itu, setara upah buruh sehari yang berkisar antara 25 hingga 30 sen perorang.

Jika menginginka upah yang lebih besar, mereka bekerja di perkebunan kopi dengan upah 35 hingga 40 sen perhari.

Baca Juga :  Swiss Masuk Babak Perempat Final Piala Eropa 2024, Italia Pulang Dengan Lapang Dada

Buruh dari Madura diminati para pemilik perkebunan, karena mereka bisa melakukan apa saja sesuai kebutuhan.

Hal ini disampaikan oleh Penulis buku “Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris Madura” yakni Kuntowijoyo.

Kuntowijoyo membagi para Perantau Madura dalam dua kategori yaitu temporer dan permanen. Tetapi kategori terakhir tak terlalu terpantau aktivitasnya.

Perantau temporer memiliki waktu bekerja paling sebentar merantau tiga bulan dan paling lama enam bulan.

Hal ini menyesuaikan dengan siklus musim tanam sekaligus menjadi penanda waktu merantau orang Madura.

Berita Terkait

Puncak Festival Harmoni Budaya Nusantara IKN Semakin Meriah Dengan Penampilan Reog Ponorogo
Majelis Adat Budaya Melayu Kalimantan Barat Melibatkan Negara Luar Negeri Dalam Sebuah Festifal
Pemilihan Putra-Putri Batik Nusantara Didukung Oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Artis Ibu Kota, Puteri Indonesia Memakai Kostum Spektakuler Pada Puncak JFC ke 22
Kongres Wanita Indonesia Bahagia Bisa Merayakan Hari Kebaya Nasional, Melaksanakan Keputusan Presiden Jokowi
Kebaya Warisan Kebudayaan Bangsa Yang Harus Dipertahankan Eksistensinya, Berikut Pernyataan Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto
Peringatan Hari Kebaya Nasional 2024 Mirip Dengan Acara Yang Dilakukan Presiden Soekarno
Jamu Harus Dilestrikan Keberadaannya Karena MErupakan Ciri Khas Indonesia, Berikut Peryataan Ketua DPR RI

Berita Terkait

Sabtu, 7 September 2024 - 23:14 WIB

Puncak Festival Harmoni Budaya Nusantara IKN Semakin Meriah Dengan Penampilan Reog Ponorogo

Rabu, 21 Agustus 2024 - 22:15 WIB

Majelis Adat Budaya Melayu Kalimantan Barat Melibatkan Negara Luar Negeri Dalam Sebuah Festifal

Rabu, 21 Agustus 2024 - 22:12 WIB

Pemilihan Putra-Putri Batik Nusantara Didukung Oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Senin, 5 Agustus 2024 - 12:43 WIB

Artis Ibu Kota, Puteri Indonesia Memakai Kostum Spektakuler Pada Puncak JFC ke 22

Rabu, 24 Juli 2024 - 12:54 WIB

Kongres Wanita Indonesia Bahagia Bisa Merayakan Hari Kebaya Nasional, Melaksanakan Keputusan Presiden Jokowi

Berita Terbaru