Tingginya tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Jokowi, jelang akhir masa jabatan, merupakan fenomena unik yang belum pernah terjadi di Indonesia.
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah memimpin negeri ini dalam dua periode, yakni sejak 2014 – 2019 hingga 2019 – 2024.
Selama satu dekade atau sepuluh tahun, pemerintahan Presiden Jokowi dinilai publik tetap konsisten dengan pendekatan Indonesia-sentris dan merakyat (populis).
Pendekatan pembangunan seperti ini membawa dampak signifikan dan dirasakan langsung oleh masyarakat seluruh Indonesia.
kepemimpinan Jokowi berdampak sangat signifikan khususnya di wilayah yang selama ini ‘nyaris’ tak tersentuh kebijakan pembangunan dari pusat.
Massifnya pembangunan infrastruktur dasar, konektivitas antarwilayah, jaminan sosial pendidikan dan kesehatan, pengendalian harga pangan, menyebabkan tingkat kepuasan terhadap Jokowi sejak kemimpinan periode pertama selalu tinggi. Rata-rata di atas 70 persen.
Mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan sangat mengejutkan jika bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Hal ini berkaitan dengan banyak spekulasi politik setelah beberapa bulan menjadi sorotan publik mengenai masa depan politiknya pasca-kekuasaan.
PSI merupakan partai yang dikenal dekat dengan keluarga Jokowi terutama setelah Gibran diusung sebagai calon wakil presiden bersama Prabowo Subianto.
Fakta peristiwa ini yang membuat banyak pihak memiliki stigma politik bahkan diisukan sebagai “kendaraan politik” keluarga mantan Presiden Jokowi.
“Ini momentum sejarah bagi PSI. Dengan pengalaman dan visi Pak Jokowi, partai kami siap bersaing di Pemilu 2029,” ujar Yunius Suwantoro Bendahara umum DPP Nasmar & Kader PSI.
Di sisi lain, pendukung Jokowi-PSI berargumen bahwa kehadiran mantan presiden akan memperkuat elektabilitas partai yang masih kesulitan menembus parlemen.
“PSI butuh figur kuat, dan Jokowi adalah magnet suara,”kata Yunius Suwantoro ketika dihubungi redaksi melalui pesan WhatsApp.