Disapedia.com – Sudah menjadi impian semua orang tua untuk membuat anaknya bahagia. Seperti kata pepatah “Banyak jalan menuju Roma”, begitu pula dengan kebahagiaan, ada banyak jalan untuk meraih kebahagiaan atau setidaknya ada 3 cara nyata untuk meraih kebahagiaan menurut Dr Martin Seligman selaku Godfather of positive psychology.
Apa saja caranya? Dan bagaimana kita menerapkannya kepada anak kita? Yuk kita telaah bersama. (baca juga faktor yang mempengaruhi kebahagiaan)
Dari diagram di atas dapat kita lihat ada 3 jenis kebahagiaan yang dapat kita kejar dan rasakan. Ketiga jenis kebahagiaan ini memiliki kualitas dan durasi yang berbeda-beda. Ada yang durasinya singkat, ada juga yang durasinya panjang. (baca juga apakah anda sudah mengisi baterai kasih pada anak)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebagai misalnya saat kita membelikan handphone baru kepada anak. Beberapa hari setelah membeli dan memakai handphone tersebut, level kebahagiaan anak sangat tinggi.
Namun tunggu sampai beberapa minggu kemudian, level kebahagiaan yang dirasakan berangsur-angsur turun seiring berjalannya waktu. Inilah yang dimaksud dengan kebahagiaan berdurasi singkat.
Tentu saja jika disuruh memilih,sebagai orang tua pasti ingin memberikan anak kebahagiaan berdurasi panjang. Permasalahannya bagaimana kita memilih dan memastikan kebahagiaan durasi panjang ini yang kita berikan kepada anak, inilah yang coba dijelaskan oleh Dr Martin lewat diagram di atas. Mari kita membahasnya satu per satu.
1. Life of Pleasure (pleasant life)
Kebahagiaan pertama dinamakan pleasant life dimana orang mengejar kebahagiaan yang sumbernya dari luar dirinya. Mereka percaya bahwa kebahagiaan dapat dicapai dengan memiliki sesuatu yang dirasa dapat menjadi sumber kebahagiaan mereka.
Misalnya seperti contoh membeli handphone di atas. Anak merasa bahwa ia akan bahagia jika mengganti handphonenya.
Betul sih ia mendapat kebahagiaan, tetapi untuk berapa lama? Kebahagiaan pertama ini biasanya tidak berlangsung lama bahkan terkadang menimbulkan ketidakbahagiaan dalam hidup karena setelah mengganti handphone baru maka saat itu juga ia ingin mengganti dengan yang lebih bagus.
Bayangkan jika anak menjani hidup yang pertama ini dimana ia menggantungkan kebahagiaannya dengan hal-hal yang semu, pasti mom and dad tidak mau kan?
2. Life of Passion (engaged life)
Kebahagiaan kedua dinamakan engaged life dimana orang hidup dengan menjalani apa yang ia sukai atau sesuai dengan passionnya. Dengan menjalani hidup seperti ini maka ia akan merasakan kebahagiaan yang datangnya dari dalam diri.
Ia tidak lagi bergantung dengan faktor luar dalam mencari kebahagiaan karena kebahagiaan telah ia temukan dari dalam dirinya. Kebahagiaan jenis ini akan berlangsung lebih lama daripada kebahagiaan yang pertama karena kebahagiaan yang ia rasakan dapat ia atur sendiri tanpa menggantungkan diri dengan aspek diluar diri.
Misalnya seseorang anak yang memiliki passion melukis, ia merasa bahagia jika bisa melukis dan melatih dirinya agar semakin hebat dalam melukis.
Tidak perduli orang suka atau lukisannya tidak dibayar mahal, ia sudah merasa bahagia karena bisa melukis karena melukis dapat memberikan kebahagiaan kepada dirinya. Jika anak sudah menemukan sumber kebahagiaan di dalam dirinya, maka sebagai orang tua, kita harus mendukung dan membimbing anak kita dalam hal tersebut.
Jangan menyuruh anak meninggalkan sumber kebahagiaan dirinya hanya karena itu bukan hal yang penting bagi diri orang tua.
3. Life of Purpose (meaningful life)
Kebahagiaan yang ketiga adalah meaningful life. Kebahagiaan ini adalah level tertinggi dan memiliki durasi yang paling lama dibandingkan kebahagiaan sebelumnya. Pada level ini, ia tahu apa yang menjadi kekuatannya dan bagaimana ia bisa menggunakan kekuatannya untuk bisa berbagi kepada orang lain atau bahkan memberikan kebahagiaan kepada orang lain.
Mungkin kita pernah merasakan bahwa kebahagiaan yang didapat saat dapat menolong orang lain itu sangatlah tinggi dan menghangatkan hati.
Kebahagiaan ini berdurasi panjang dan berdampak positif kepada lingkungan sekitar. Disinilah orang menyadari apa tujuan ia hidup untuk orang lain. Misalnya saja seorang guru.
Meski berpenghasilan pas-pasan, guru yang sudah sampai ke tahap tiga ini akan tetap merasa bahagia karena ia dapat berbagi ilmu kepada anak-anak murid. Ia bahagia melihat anak-anak didiknya sukses, rasa bahagia ini lebih tinggi daripada kebahagiaan punya gaji besar.
Nah, sebagai orang tua kita bisa mebimbing anak kita untuk dapat menemukan tujuan hidupnya yang membuat mereka bahagia menjalani hidpunya dan berdampak positif kepada lingkungan sekitarnya.
Dari 3 cara mencapai kebahagiaan yang sudah kita bahas, yang manakah yang mom and dad ingin berikan kepada anak? Kehidupan apa yang mom and dad siapkan untuk anak, apakah pleasant life, engaged life, atau meaningful life?
Memang betul semua orang tua ingin anaknya bahagia, namun sekarang kita sudah lebih paham tentang kebahagiaan yang mana yang mau kita siapkan untuk anak kita.
Salam bahagia untuk kita semua…