Kabar yang menyebut kota Jakarta akan tenggelam bukanlah yang pertama kali.
Prediksi tersebut seiring Kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim.
Banyak pihak meyakininya sebagai salah satu penyebab tenggelamnya Jakarta di masa depan.
Meski belum pernah terjadi tetapi banyak peristiwa yang menguatkan prediksi tersebut.
Ibu kota yang perkirakan tenggelam mulai dirasakan warga di pesisir Jakarta.
Diantaranya sejumlah warga di kawasan Muara Angke, Blok Empang, Jakarta Utara yang berjarak sejauh 50 meter dari bibir pantai.
Warga di kawasan ini terpaksa harus hidup dengan rumah yang dipenuhi genangan air laut.
Hal ini terjadi Sejak pandemi Covid-19 mewabah dan menyerang berbagai negara.
Satu-satunya harapan warga untuk terhindar dari ancaman tenggelam yaitu Pembangunan tanggul di sepanjang pesisir pantai.
Pihak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menargetkan pembangunan tanggul NCID.
Yakni National Capital Integrated Coastal Development di sepuluh titik yang berada di sekitar pesisir.
Tidak hanya di Kamal Muara, Cengkareng Drain, Muara Angke, Pantai Mutiara, PLTU Muara Karang.
Pembangunan tanggul juga dilakukan di sejumlah titik yang menjadi potensi banjir.
Diantaranya Muara Baru, Sunda Kelapa, Kali Ancol Hilir, Kali Baru-Cakung Drain dan Kali Blencong.
Proyek pembangunan tanggul dengan panjang 37 kilometer dengan biaya mencapai Rp 1,3 triliun.
Rasa cemas warga Jakarta kembali terusik dengan adanya kabar mengejutkan yang datang dari World of Statistics.
Melalui unggahannya di akun X, World of Statistics menyebut bahwa Jakarta, Indonesia menempati urutan pertama sebagai kota yang akan hilang pada tahun 2100.
Penilaian World of Statistics atas hilangnya kota Jakarta di tahun 2100 tersebut berdasarkan hasil diskusi Forum Ekonomi Dunia.
Semoga unggahan di akun World of Statistics hanya analisis tanpa kenyataan.
Agar masyarakat Jakarta bisa tenang dan menyikapi dengan dewasa, Ujar Sugiono Marhaenis asal Nganjuk Jawa Timur.