Pernyataan perang Iran terhadap Israel ditanggapi serius oleh sekutunya yakni Amerika Serikat.
Hal ini sesuai dengan pemberitaan yang mengabarkan bahwa Amerika melakukan persiapan terkait hal tersebut.
Sehingga mereka memerintahkan militernya untuk siap siaga jika ada serangan yang terjadi sewaktu waktu.
Karena mereka menilai bahwa Proksi Iran sudah dua bulan menyerang pasukan AS di Irak dan Suriah.
Peristiwa yang terjadi pada hari Selasa (2/4) yakni ketika pasukan AS menembak jatuh sebuah drone di dekat garnisun al-Tanf di Suriah.
Menurut Departemen Pertahanan AS, serangan drone itu diduga dilakukan oleh proksi Iran usai serangan Israel terhadap kedutaan Iran di Damaskus.
Disatu sisi Iran bersumpah akan membalas serangan pasca teror Israel terhadap kompleks kedutaan Iran di Suriah.
Seperti yang diberitakan sebelumnya bahwa serangan itu menewaskan sedikitnya tujuh pejabat.
Menurut Kementerian Luar Negeri Iran, Mohammed Reza Zahedi, komandan tertinggi Garda Revolusi (IRGC) elit Iran, dan komandan senior Mohammad Hadi Haji Rahimi juga tewas.
Tercatat Setidaknya enam warga Suriah juga tewas, menurut laporan televisi pemerintah Iran.
Zahedi, mantan komandan angkatan darat, angkatan udara, dan wakil komandan operasi IRGC, adalah target paling terkenal di Iran yang terbunuh.
Disatu sisi AS memberi tahu Iran bahwa pemerintahan Biden tidak terlibat dan tidak mengetahui sebelumnya mengenai serangan tersebut.
Tidak hanya itu Amerika juga memperingatkan Iran agar tidak mengincar aset-aset Amerika.
“AS tidak terlibat dalam serangan itu dan kami tidak mengetahuinya sebelumnya,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional.
AS juga telah memperingatkan Iran untuk tidak menggunakan serangan Israel di Damaskus sebagai dalih untuk menyerang personel dan fasilitas AS.
Wakil kepala staf presiden Iran, Mohammad Jamshidi, mengatakan dalam pesan tertulis.
Bahwa Republik Islam Iran memperingatkan para pemimpin AS agar tidak terseret dalam perangkap Netanyahu untuk AS.