Propaganda yang di bangun oleh jepang berhasil masuk ke dalam sanubari rakyat Indonesia sehingga.
Bukan hanya diterima dengan baik tetapi tentara Jepang juga mendapat ruang di hati rakyat karena dianggap sebagai penolong.
Dalam propagandanya jepang mengaku sebagai saudara Indonesia yang datang untuk mengusir penjajah Belanda.
Kepercayaan itu dimanfaatkan Jepang untuk menarik pemuda Indonesia dengan melibatkan menjadi pasukan pembela tanah air (PETA).
Pengumuman tanggal 3 Oktober 1943 berdasar Osamu Seirei Nomor 44 Tahun 1943, pemerintahan Jepang membentuk PETA yang terdiri dari orang-orang Indonesia.
PETA dibentuk dengan tujuan untuk menghadapi Sekutu di medan tempur selama Perang Dunia II berlangsung.
Tidak hanya itu Pada tanggal 1 Maret 1944 Jepang membentuk Jawa Hokokai dengan pemimpin tertinggi Gunseikan.
organisasi Jawa Hokokai menghimpun tenaga lahir dan batin rakyat Indonesia dengan dasar semangat kebaktian.
Jawa Hokokai adalah organisasi induk dari kumpulan profesi seperti Himpunan Kebaktian Dokter, Himpunan Kebaktian Pendidik, Organisasi wanita dan Pusat budaya.
Luasnya daerah yang dikuasai membuat Jepang selalu membutuhkan tenaga kerja untuk membangun sarana pertahanan.
Tenaga kerja tersebut membuat fasilitas seperti lapangan udara, gudang bawah tanah, jalan raya dan jembatan.
Tragisnya Pekerja yang berasal dari desa-desa di Pulau Jawa yang padat diambil melalui sistem kerja paksa yang dikenal dengan Romusha.
Praktik Romusha mulai dilaksanakan Jepang sejak 1942-1945 dan bekerja di wilayah Indonesia serta Asia Tenggara seperti Birma, Muangthai, Vietnam, Malaysia, dan Serawak.
Pada awalnya Romush hanya dilakukan secara sukarela dengan tempat kerja tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Tetapi karena kondisi yang terdesak dalam perang Pasifik pengerahan tenaga kerja mulai disertai dengan paksaan.
Waktu itu setiap kepala keluarga diwajibkan menyerahkan seorang anak lelakinya untuk berangkat menjadi romusha.
Selama menjadi Romusha, pribumi diperlakukan kasar dengan pekerjaan sangat berat, sementara kebutuhan makanan tidak cukup.
Sehingga banyak romusha meninggal di tempat kerja karena sakit, kekurangan makan, kecapaian atau kecelakaan.