Sebelum masuk dalam peradaban hidup yang serba canggih seperti sekarang manusia harus melalui zaman prasejarah.
Dimana hidupnya selalu berpindah dan untuk melanjukan hidup mengandalkan kekayaan alam semesta dan hasil bumi.
Kondisi tersebut ditemukan setelah melakukan penelitian sejarah oleh peneliti sejak zaman penjajahan dahulu.
Sisa-sisa produk kebudayaan paling awal diketahui melalui penelitian-penelitian yang dilakukan sekitar tahun 1960.
Data tersebut ditemukan di Sambiran (Buleleng bagian timur), serta di tepi timur dan tenggara Danau Batur (Kintamani).
Penemuan itu terdiri dari alat-alat dari batu yang digolongkan kapak genggam, kapak berimbas, serut dan sebagainya.
Alat-alat batu yang ditemukan oleh peneliti tersebut kini disimpan di Museum Gedong Arca di Bedulu, Gianyar.
Kehidupan penduduk bali pada masa ini sederhana sekali, karena sepenuhnya tergantung pada alam lingkungannya.
Kemudian sama seperti daerah lainnya Mereka hidup mengembara dari satu tempat ketempat lainnya (nomaden).
Ciri Daerah yang dipilih adalah yang memiliki persediaan makanan dan air yang cukup untuk menjamin kelangsungan hidupnya.
Dalam menyambung hidup mereka berburu dengan membuat kelompok kecil dan hasilnya dibagi bersama.
Tugas berburu dilakukan laki-laki karena memerlukan tenaga yang cukup besar untuk menghadapi ancaman dan bahaya yang mungkin terjadi.
Sedangkan Perempuan bertugas menyelesaikan pekerjaan yang ringan misalnya mengumpulkan makanan dari alam sekitarnya.
Hingga sekarang masih belum ditemukan bukti-bukti apakah manusia pada masa itu sudah mengenal bahasa sebagai alat bertutur satu sama lainnya.
Walaupun bukti-bukti yang ada di Bali kurang lengkap, namun bukti-bukti yang ditemukan di Pacitan (Jawa Timur) bisa dijadikan sebagai pedoman.
Para ahli menduga alat-alat batu dari Pacitan yang sezaman, memiliki banyak persamaan dengan alat-alat batu dari Sembiran.
Mungkin juga alat-alat baru dari Sambiran tersebut dihasilkan oleh manusia jenis Pithecanthropus atau keturunannya.