Redaksi Marhaenis : Pendidikan Politik Harus Segera Dilaksanakan Untuk Mencegah Fundamentalis Milenial

- Jurnalis

Jumat, 12 Januari 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Cover Buku Yang Membahas Bahaya Fundamentalisme

Cover Buku Yang Membahas Bahaya Fundamentalisme

Masyarakat sering menilai politik merupakan sesuatu yang buruk, kotor dan penuh intrik.

Misalnya untuk mewujudkan kepentingan seseorang atau kelompok dalam mencapai tujuan.

Sering kali segala upaya dilakukan orang atau golongan tersebut memakai segala cara.

Meskipun bertentangan dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat, agar kepentingannya tercapai sesuai dengan apa yang dikehendaki.

Tetapi politik bukanlah sesuatu yang buruk, terbukti dalam kegiatan kita setiap hari itu adalah aktifitas politik.

Karena secara definisi politik adalah usaha untuk mencapai kehidupan yang baik.

Jika banyak paradigma mayoritas orang yang menyatakan bahwa politik itu buruk.

Maka bisa jadi yang dipahami mereka hanya sebagai politik pemilihan umum atau kepala daerah bahkan presiden.

Pandangan itu menjadi wajar karena setiap koalisi berusaha untuk mempercantik calonnya dan memperjelek lawannya.

Posisi Pemuda dalam Politik

Kalangan anak muda atau sering disebut dengan kalangan milenial banyak yang sepakat bahwa politik itu tindakan yang kotor.

Melihat pergerseran fase yang berjalan misalnya zaman teknologi, menarik untuk kita telaah lebih lanjut.

Apalagi saat ini Indonesia dan generasi muda telah memasuki fase industrialisasi 4.0.

Apresiasi harus diberikan kepada Indonesia, karena ini merupakan keuntungan yang sangat potensial.

Baca Juga :  Pejuang Merdeka Atau Pejuang Sontoloyo

Tujuannya yaitu untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin maju.

Tetapi untuk memasuki fase indsutrialiasi tersebut ialah bagaimana Indonesia merespon tantangan tersebut.

Metodologi serta langkah apa yang harus diambil agar dapat dapat bersaing di kanca global.

Fase industrialisasi 4.0 atau dalam pengaplikasiannya disebut juga sebagai fase digitalisasi.

Ditandai dengan aktifitas masyarakat yang mulai memanfaatkan sistem teknologi informasi.

Pergeseran paradigma tersebut menjadi tantangan baru bagi setiap lapisan masyarakat.

terutama bagi generasi emas Indonesia yang selalu di gaung gaungkan, yakni generasi millenial.

Jika kemajuan teknologi informasi dengan media sosial tidak dikontrol dengan baik.

Maka tercipta generasi yang individualistik, sangat bergantung pada teknologi, dan apatis terhadap politik.

Ketika pemilu 2019, 35 persen sampai 40 persen pemilih didominasi pemilih generasi millenial.

Besarnya persentase pemilih tersebut, merupakan pemandangan politik yang menakjubkan.

Bukan hanya bagi para penyelenggara pemilu saja yang berbangga hati karena dianggap berhasil.

Tetapi partai politik pasti menilai hal itu seperti lahan basah yang mengandung banyak minyak bumi yang berharga.

Posisi dilematis demokrasi diuji pada kondisi sosial masyarakat yang seperti ini.

Baca Juga :  Napak Tilas Pemikiran Pahlawan Dan Semangat Untuk Mendirikan Bangsa Yang Merdeka

Tentunya ini mengundang beberapa pertanyaan apakah keseluruhan pemilih dari generasi millenial tersebut mengerti tentang politik,,???

Apakah milenial mengerti tentang visi dan misi serta cita cita sosial dalam politik..???

Pendidikan Politik Harus Segera Dilakukan

Kami mengamati karakteristik generasi millenial yang cenderung apatis terhadap politik.

Karena banyak diantara mereka yang selalu disuguhi dengan konflik politik praktis oleh berbagai media.

Misalnya calon Presiden A menjelekkan Capres B dan diadu oleh Capres C sehingga pertikaianpun tidak bisa dihindarkan.

Secara psikologi tentunya ini akan menimbulkan trauma dan apatis karena dianggap tidak bermanfaat.

Semua pihak harus bertanggung jawab dengan kondisi milenial yang mendekati titik fundamentalis politik ini.

Pendidikan politik harus dilaksanakan dengan segera agar memupuk jiwa nasionalisme pemuda.

Pendidikan politik wajib diberikan bagi pemilih millenial agar tidak selalu merasa menjadi objek politik.

Pendidikan politik tidak hanya menjadi tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan negara.

Karena tujuan pendidikan politik secara umum dalam kehidupan bermasyarakat atau sosiologi politik.

Yaitu agar pemuda dan calon pemilih millenial mendapatkan gambaran serta peka dengan kondisi sekitar.

Sehingga mampu bersikap dan menempatkan diri dalam kondisi berbangsa dan bernegara.
.

 

Berita Terkait

Pandangan Hidup, Ideologi, Hegemoni dan Operasi Politik: Suatu Penjelasan Analitik Tentang Kekuasaan
Keadilan Hanya Ilusi Yang Tidak Dapat Dibuktikan Oleh Sejarah Manusia
Demi Bangsa dan Negara Indonesia Saatnya Kaum Jelata Bicara Fakta, Tolak Segala Bentuk Gerakan Yang Menciderai Pilihan Rakyat
Kebijakan Salah Sasaran Cerminan Ketidakbecusan Pengelolaan Keuangan Negara, Harus Dilakukan Revolusi Skala Prioritas
TRAGEDI FILOSOFIS PANCASILA 1 JUNI
Anak Petani Bisa Menjadi Kaya Raya Melalui Wirausaha dan Pendidikan Bermutu, Jangan Tinggalkan Dunia Pertanian
Peran Marhaenis di Tengah Gempuran Media Digitalisasi, Antara Peluang dan Ancaman Masa Depan
Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Harus Perintahkan Penyuluh Untuk Mendampingi Petani, Jangan Hanya Sibuk Urusi Administrasi

Berita Terkait

Jumat, 20 Juni 2025 - 23:38 WIB

Pandangan Hidup, Ideologi, Hegemoni dan Operasi Politik: Suatu Penjelasan Analitik Tentang Kekuasaan

Senin, 16 Juni 2025 - 21:07 WIB

Keadilan Hanya Ilusi Yang Tidak Dapat Dibuktikan Oleh Sejarah Manusia

Jumat, 6 Juni 2025 - 14:42 WIB

Demi Bangsa dan Negara Indonesia Saatnya Kaum Jelata Bicara Fakta, Tolak Segala Bentuk Gerakan Yang Menciderai Pilihan Rakyat

Kamis, 5 Juni 2025 - 08:33 WIB

Kebijakan Salah Sasaran Cerminan Ketidakbecusan Pengelolaan Keuangan Negara, Harus Dilakukan Revolusi Skala Prioritas

Minggu, 1 Juni 2025 - 00:09 WIB

TRAGEDI FILOSOFIS PANCASILA 1 JUNI

Berita Terbaru