Berjalannya sebuah proses pemikiran dari generasi ke generasi wajib berlanjut, sebab ini akan memberikan suatu kondisi cerita dari zaman ke zaman. Tujuannya agar ada koreksi pola hidup dari masa lalu kekinian, bisa juga mempelajari waktu lampau untuk tidak berulangnya satu peristiwa dari sejarah keadaan saat ini bahkan kedepannya serta mencari kenapa itu selalu ada, apa penyebabnya, siapa yang merekayasa, mempertahankan, dimana kekuatan dan kelemahan, bagaimana cara merubahnya apa memulai lewat ekonomi, politik, sosial budaya, elit politisi serta lainnya.
Jika pemikiran telah melanda rakyat dan menjadi bagian kehidupan mereka maka betapa maju peradaban Indonesia. Perubahan itu bisa dilakukan atas kemauan bersama bahkan berbentuk lembut bisa tanpa disadari berjalan seperti hadirnya matahari dan bulan serta dianggap normal.
Karena pemikiran akan mengembangkan wawasan, kemampuan berpikir, menghasilkan pemahaman, kreatif, kritis dan analisis, semua hal ini disebabkan tergugahnya pikiran yang menimbulkan penilaian perbandingan disetiap situasi dan kondisi.
Secara otomatis ada dalam setiap individu rakyat pikiran merubah orang pasif menjadi aktif. Mendorong kehendak perubahan tak mau stagnan melihat ke masa depan penuh keyakinan, kepastian, dan progresif.
Konteks yang besar bisa lihat pada kesejarahan Indonesia disaat menghapus kolonialisme,ketertindasan, kezaliman, kebodohan melalui gerak aktif para pelapor pemikiran seperti Douwes Dekker, Tirto Adhi Suryo, H.O.S Tjokroaminoto, Tan Malaka, Mas Marco, Soekarno sehingga memunculkan gerak perlawanan terhadap keterjajahan, melahirkan sumpah pemuda 28Oktober1928, janji kesetiaan pada persatuan atas tanah air Indonesia.
Dilanjutkan dengan perlawanan bersenjata sampai proklamasi dikumandangkan 1945. 1946-1949, dan terakhir perebutan Irian Barat tahun 1960-1963. Baru lahir ke merdedekaan sebenarnya Nusantara.
Setelahnya kediktatoran sangat mendominasi budaya politik bangsa tahun 1968 -1998, pemikiran tetap berkembang diwakili oleh Pramoedya Anantoer walaupun banyak pemikir yang muncul tetapi tak membawa dampak besar, Pram berbeda ia menyentuh pikiran pembaca buku bukunya atas nama ketertindasan, ketidakadilan, pembodohan dan kezaliman.