Kelompok milisi Palestina terus melakukan perlawanan terhadap kubu Israel.
Semakin hari semakin banyak yang menjadi korban serangan antara milisi dan Israel.
Meskipun seruan hentikan perang banyak dikumandangkan, tetapi tidak berpengaruh sedikitpun.
Perang kelompok milisi Palestina Hamas dan Israel menyeret beberapa negara adidaya dunia.
Tujuannya adalah untuk ikut andil dalam menyelesaikan dan menghentikan perang.
Salah satunya adalah Rusia, di mana Moskow meminta agar kedua pihak menahan diri.
Kondisi Ini sangat berbeda dengan apa yang dilakukan negara-negara Barat.
Putin menyalahkan Barat dan Amerika Serikat (AS) atas serangan brutal tersebut.
Dan menyerukan dengan lantang terkait pembentukan negara Palestina.
Pernyataan ini pun mendapat pujian dari Hamas yang pertama kali menyerang Israel.
Sejumlah ahli menuduh Rusia mendukung Hamas dan Iran dalam konflik ini.
Apalagi hubungan Moskow dengan Barat sekutu Israel memanas pasca serangan ke Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan sikapnya pada kasus konflik ini.
Dia Menyalahkan Moskow karena diduga mendukung operasi Hamas “dengan banyak cara”.
Sebuah laporan Foreign Policy in Focus, mengungkap dukungan Rusia kepada Hamas.
Sebelum serangan ke Israel, para pemimpin Hamas dan Jihad Islam diklaim memperoleh transfer uang berjumlah besar.
Yaitu menggunakan pertukaran mata uang kripto Garantex yang berlokasi di Moskow.
Rusia merupakan wilayah yang paling tidak bisa dikendalikan oleh Barat.
Pasca serangannya ke Ukraina membuat Negeri Beruang Putih terputus dari jaringan Barat.
Tatyana Ivanova sebagai penulis juga memaparkan hubungan rusia dengan milisi.
Putin memiliki sejarah panjang dengan musuh Israel seperti Hizbullah dan Hamas.ucapnya.
Menurutnya, Moskow berupaya membangun posisinya sebagai mediator konflik Timur Tengah.
“Itulah sebabnya, selama dua hari terakhir, Putin mengulangi pernyataan bahwa serangan itu terjadi karena upaya AS.
Tujuannya untuk “memonopoli pengaturan” konflik antara Israel dan Hamas dan tidak diikutsertakannya Rusia dalam perundingan normalisasi Timur Tengah,” tulisnya alhier pekken, dikutip Senin (23/10/2023).
Sumber Berita : CNBC