Negara Rusia dan China saling ngotot dengan Amerika Serikat (AS) dan Inggris soal Laut Merah.
Rusia dan China mengklaim bahwa Washington dan London telah “secara ilegal” menyerang situs militer.
Milik milisi Houthi Yaman yang sengaja meluncurkan rudal ke kapal komersial di Laut Merah.
Sehingga mengganggu pengiriman global.
Wakil Dubes Rusia untuk PBB Dmitry Polyansky dan Ytusan China untuk PBB Zhang Jun mengatakan bahwa.
Dewan Keamanan (DK) PBB tidak mengizinkan tindakan militer kepada Yaman.
Karena tindakan itu tidak seharusnya terjadi dan dilakukan.
Moskow secara tegas mengutuk serangan dan penyitaan kapal komersial.
Dan … segala serangan yang menghambat kebebasan navigasi,”.
Ujar Polyansky seperti dikutip dari Associated Press (AP News) pada Senin (19/2/2024).
Dia menyampaikan bahwa Rusia telah mengirim pesan kepada pemimpin Houthi.
Moskow meminta kelompok itu untuk fokus pada agenda domestik Yaman dan mengupayakan perdamaian.
Disatu sisi Wakil Duta Besar (Dubes) AS Robert Wood dan Dubes Inggris Barbara Woodward membantah jika serangan itu ilegal.
Mereka menyampaikan bahwa tindakannya sebagai “bela diri yang proporsional dan sah” terhadap pemberontakan Yaman.
Menurut Woodward serangan milisi Houthi telah meningkatkan biaya pengiriman global.
Meliputi biaya pasokan makanan dan bantuan kemanusiaan di wilayah tersebut.
Serangan tersebut merupakan respons terhadap serangan Houthi.
Yang bertujuan untuk mengganggu serta menurunkan tingkat kemampuan serangan milisi itu.
Wood menuduh Houthi mencoba menerapkan pembatasan terhadap pelayaran global melalui Laut Merah.
Dia mendesak semua negara yang memiliki jalur langsung ke Iran.
Agar membantu menekan para pemimpin Teheran mengendalikan Houthi.
Utusan khusus PBB untuk Yaman Hans Grundberg berjanji akan memulihkan perdamaian di Yaman.
Namun ini telah diperlambat oleh meningkatnya ketegangan regional.
Terkait dengan perang di Gaza dan “khususnya eskalasi militer di Laut Merah”.