Salah Sasaran, Houthi Menyerang Kapal Minyak Rusia Dengan Bom Jarak Jauh

- Jurnalis

Minggu, 14 Januari 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto Kapal Yang Berlayar Melintasi Lautan

Foto Kapal Yang Berlayar Melintasi Lautan

Milisi Houthi benar benar melancarkan serangan kepada semua kapal pengiriman.

Apalagi kapal yang berlayar dengan bendera negara afiliasi Israel.

Pasti akan diberi kejutan Bom jarak jauh dengan tujuan mengganggu perjalanan.

Tetapi tidak semua serangan Houthi di sepanjang laut Merah tepat sasaran.

Beberapa hari lalu Kelompok militan Houthi melakukan kesalahan yakni menarget sebuah kapal tanker .

Yang ternyata membawa minyak Rusia dalam sebuah serangan rudal pada Jumat (12/1).

Tepatnya di perairan lepas pantai Yaman, kata perusahaan keamanan maritim Inggris, Ambrey.

Organisasi Operasi Perdagangan Maritim Inggris (United Kingdom Maritime Trade Operations/UKMTO) mengatakan .

Baca Juga :  Armada Perang Rusia Parkir di Lautan Asia, Terdiri Dari Kapal Perang, Jet Tempur dan Helikopter

Kantornya menerima laporan rudal ditembakkan 90 mil laut tenggara kota pelabuhan Aden di Yaman.

Sedangkan Kapten kapal menyatakan peluru kendali mendarat di air berjarak 400-500 meter dari kapal.

Kemudian disusul tiga perahu kecil,” demikian pernyataan yang disampaikan UKMTO.

Mereka menjelaskan bahwa tidak ada korban yang dilaporkan atas insiden tersebut.

Penyerangan ini merupakan kapal tanker kedua yang salah sasaran target oleh Houthi.

Padahal waktu itu kapal tersebut membawa minyak Rusia, kata Ambrey.

Militan Houthi di Yaman melancarkan serangan pesawat nirawak atau drone dan rudal.

Baca Juga :  Tanggapan Benjamin Netanyahu Tentang Tuduhan Genosida, Kemunafikan Afrika Selatan tidak mengenal batas

Kapada kapal pengiriman komersial Barat di Laut Merah sejak 19 November.

Serta menegaskan tindakan tersebut merupakan protes terhadap operasi militer Israel di Gaza.

Perlu diketahui bahwa Houthi sendiri menguasai sebagian besar wilayah Yaman.

Amerika Serikat (AS) dan Inggris melakukan serangan dari udara dan laut terhadap target-target militer Houthi di Yaman.

Sementara Negara Rusia, sekutu Iran dan mitra negara utama Arab, mengutuk tindakan tersebut .

Bahkan mengirim surat resmi kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

 

Berita Terkait

Donald Trump Menang Pemilu Amerika Serikat 2024 Karena Mendapat Dukungan Suara Dari Mayoritas Muslim, Berikut Alasannya
Rumah Sakit Indonesia Mendapat Serangan Dari Pasukan Israel, Pengungsi Ketakutan dan Teriak Histeris
Sangsi Terhadap Sudan Diperpanjang PBB Selama Satu Tahun ke Depan, Berupa Larangan Perjalanan, Pembekuan Aset, dan Embargo Senjata
Kebijakan Bumi Hangus Israel ke Palestina Mendapat Protes Keras Dari Pemerintahan Mesir, Perempuan dan Anak Anak Banyak Yang Menjadi Korban
Kamala Harris Unggul Empat Poin Atas Donald Trump Berdasarkan Jajak Pendapat Florida Atlantic University (FAU) dan Mainstreet Research USA
PBB Berkomitmen Untuk Melanjutkan Pekerjaan di Gaza Meskipun Memiliki Resiko Kehilangan Nyawa
Rusia Akan Diundang Ukraina Untuk Menghadiri Konferensi Penyelesaian Sengketa Perang
Petaka Menyerang Anak Anak di Negara Sudan Karena Perang dan Penyakit, UNICEF Meminta Bantuan Masyarakat Internasional

Berita Terkait

Kamis, 7 November 2024 - 15:51 WIB

Donald Trump Menang Pemilu Amerika Serikat 2024 Karena Mendapat Dukungan Suara Dari Mayoritas Muslim, Berikut Alasannya

Sabtu, 19 Oktober 2024 - 21:50 WIB

Rumah Sakit Indonesia Mendapat Serangan Dari Pasukan Israel, Pengungsi Ketakutan dan Teriak Histeris

Kamis, 12 September 2024 - 22:54 WIB

Sangsi Terhadap Sudan Diperpanjang PBB Selama Satu Tahun ke Depan, Berupa Larangan Perjalanan, Pembekuan Aset, dan Embargo Senjata

Senin, 2 September 2024 - 18:37 WIB

Kebijakan Bumi Hangus Israel ke Palestina Mendapat Protes Keras Dari Pemerintahan Mesir, Perempuan dan Anak Anak Banyak Yang Menjadi Korban

Jumat, 30 Agustus 2024 - 14:54 WIB

Kamala Harris Unggul Empat Poin Atas Donald Trump Berdasarkan Jajak Pendapat Florida Atlantic University (FAU) dan Mainstreet Research USA

Berita Terbaru