Tidak hanya di Indonesia bahkan petani di Eropa cemas dengan nasib mereka.
Karena merasa dirugikan dengan berbagai kebijakan serta sistem pasar yang liberal.
Polisi berjaga di pasar Rungis, pasar terbesar di Prancis yang menjual bahan makanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketika para petani dari berbagai penjuru telah sampai di pusat produksi itu pada Rabu (31/1).
Bahkan aksi protes tersebut juga telah meluas ke negara-negara lain di Eropa.
Gambar-gambar dari pasar itu menunjukkan kondisi petani yang menyuarakan pendapatnya.
Pasar Rungis merupakan salah satu pasar terbesar di dunia yang dijadikan sasaran simbolis barisan petani yang marah.
Banyak dari mereka yang menempuh perjalanan ratusan kilometer dengan traktor agar sampai ke lokasi.
Petani revolusioner tersebut mengatakan mereka tidak dibayar dengan cukup dan layak.
Ada juga yang menyampaikan terbebani oleh pajak dan aturan ramah lingkungan.
Parahnya lagi para petani harus menghadapi persaingan tidak sehat dari luar negeri.
Sedangkan petani Spanyol dan Italia mengatakan mereka bergabung dengan gerakan protes yang juga melanda Jerman.
Dengan tujuan untuk menekan pemerintah agar melonggarkan peraturan lingkungan hidup.
Dan melindungi mereka dari kenaikan biaya dan produk impor yang lebih murah.
Gerakan ini dilakukan menjelang pertemuan puncak para pemimpin Uni Eropa yang dijadwalkan pada Kamis (1/2) hari ini.
Disatu sisi Komisi eksekutif blok tersebut telah menyusun proposal untuk membatasi impor pertanian dari Ukraina.
Serta melonggarkan beberapa peraturan ramah lingkungan yang dianggap menekan petani.
Melihat kondisi petani Eropa yang juga mengalami nasib yang sama dengan petani di Indonesia.
Bisa jadi kondisi petani dan pertanian diseluruh dunia juga merasakan hal yang sama.
Sehingga memancing aksi protes dan gerakan revolusioner dari Barisan Petani Progresif.