Pusat Kajian Marhaenis: Krisis Regenerasi Petani Disebabkan Ketidakpastian Sistem Agraria

- Jurnalis

Selasa, 16 Januari 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto Sugiono Ketua Divisi Advokasi Petani

Foto Sugiono Ketua Divisi Advokasi Petani

Kehidupan petani sekarang berbeda dengan konsep dan gagasan hasil pemikiran para tokoh-tokoh bijak masa lalu.

Nasib petani sepertinya tidak berubah karena mereka hidup pada sistem agraria penuh dengan ketidakpastian.

Misalnya ketika budidaya tanaman di lahan atau sawah sudah tumbuh dengan hasil yang maksimal.

Tetapi nilai jual hasil panen berada pada harga yang murah bahkan tidak mencukupi untuk mengembalikan modal usaha.

Diperparah dengan perubahan harga komoditas yang terjadi sangat cepat hanya dalam hitungan hari.

Dikabupaten Nganjuk pernah ada petani yang menangis histeris karena menjadi korban perubahan harga panen.

Konon dia menanam kubis dengan modal usaha dapat pinjam dari tetangga dan saudara.

Dia merawat tanaman kubis itu dengan penuh kasih sayang sambil berharap harganya tinggi.

Beberapa bulan aktifitasnya hanya berdoa dan kesawah untuk mengontrol tanaman tersebut.

Ketika terjadi serangan hama dan penyakit, petani itu segera mencari pinjaman uang untuk membeli obat.

Meskipun agak malu karena berhutang ditengah ketidak pastian harga panen, tetapi dia sukses memastikan orang yang akan dipinjami uang.

Baca Juga :  Negara Donor Hentikan Dana Bagi UNRWA, Perdana Menteri Palestina Buka Suara Agar Segera Dicairkan

Sampai akhirnya tanaman yang sakit tersebut di semprot dengan pestisida dan perlahan sembuh.

Pada saat panen tiba ternyata harga kubis yang diharapkannya merosot tajam, bahkan tidak mencukupi untuk mengembalikan modal.

Tetapi pada saat itu juga banyak orang datang untuk menagih hutang yang dipinjam untuk budidaya.

Tanpa pikir panjang dia menjual kubis itu dengan harga murah dengan menjanjikan kekurangan pembayaran hutang.

Setelah 3 hari panen tanpa diduga harga kubis melambung 3 kali lipat dari harga penjualan pertama.

Banyak yang menduga kenaikan harga terjadi karena pengiriman import terganggu badai di tengah laut sehingga tidak sesuai jadwal.

Seperti tersambar petir petani itu menangis tersedu sedu karena harga berubah sangat cepat.

Seandainya dia menjual dengan harga terbaru, hutangnya pasti lunas dan dia bisa membahagiakan keluarganya.

Cerita empiris diatas mungkin salah satu bentuk ketidak pastian harga hasil panen dan sistem pertanian yang perlu dievaluasi.

Baca Juga :  Presiden Terbang Ke Kalimantan Timur Untuk Berkantor di IKN, Didampingi Pejabat Tinggi Negara

Struktur dominasi sumber daya politik dan ekonomi agraria masih dalam kondisi yang tidak maksimal.

Eksistensi petani di dalam struktur politik agraria selalu menempati posisi yang lemah.

Sehingga petani hanya difungsikan sebagai suksesi kepentingan terhadap posisi politik dan ekonomi.

Petani sering diorganisir untuk mendukung kepentingan politik sehingga posisi daya tawar mereka sangat kecil di bidang politik.

Atau Bahasa kasarnya adalah petani hanya alat yang dimanfaatkan oleh para politisi.

Sedangkan tidak ada pihak yang lantang berteriak untuk memperjuangkan kepentingan petani.

Sehingga semakin memperlebar kesenjangan ekonomi, posisi politik, dan akses serta kontrol kebijakan bagi para petani.

Tidak heran jika tercipta banyak ketidakadilan tatanan agraris terhadap petani.

Kondisi yang dihadapi oleh petani saat ini telah menciptakan krisis regenerasi petani itu sendiri.

Oleh sebab itu diperlukan Ideologi, sistem sosial, dan kebijakan yang berpihak kepada petani yang ada di Indonesia.

Penulis
Sugiono
Ketua Divisi Advokasi Petani
Pusat Kajian Marhaenis

Berita Terkait

Konsep Kemakmuran dan Kesejahteraan Versi KPGSI, Tidak Akan Ada Lagi Orang Miskin Mulai Dari Sabang Hingga Merauke.
Eksistensi Yang Beresensi Serial Pertama, Kebebasan, Keadilan dan Kesejahteraan
Gagasan Organisasi Kesejahteraan Profesi Galian Seluruh Indonesia (KPGSI) Agar Tercipta Kesejahteraan Rakyat Secara Merata
 Pemikiran Singkat Tentang Marxisme, Kelimpahan dan Kelangkaan Adalah Hukum Rasional Sejarah
Manusia KONKRET itu Masih Tidak Ada dan Belum MENJADI, Berikut Beberapa Tragedi Suku Bangsa Manusia Yang Tersekat Sekat
Cek Kesehatan Gratis Bagi Bayi Hingga Lansia Menyisakan Banyak Problem Yang Harus Segera Diselesaikan Secepatnya
Paradigma Sosial, Peristiwa Politik dan Tanggapan Analitis Djoko Sukmono
Proses Menjadi Manusia dan Libertarianisme Termasuk Kecemasan Didalamnya

Berita Terkait

Selasa, 18 Maret 2025 - 15:10 WIB

Konsep Kemakmuran dan Kesejahteraan Versi KPGSI, Tidak Akan Ada Lagi Orang Miskin Mulai Dari Sabang Hingga Merauke.

Selasa, 11 Maret 2025 - 23:13 WIB

Gagasan Organisasi Kesejahteraan Profesi Galian Seluruh Indonesia (KPGSI) Agar Tercipta Kesejahteraan Rakyat Secara Merata

Sabtu, 8 Maret 2025 - 22:31 WIB

 Pemikiran Singkat Tentang Marxisme, Kelimpahan dan Kelangkaan Adalah Hukum Rasional Sejarah

Jumat, 21 Februari 2025 - 21:33 WIB

Manusia KONKRET itu Masih Tidak Ada dan Belum MENJADI, Berikut Beberapa Tragedi Suku Bangsa Manusia Yang Tersekat Sekat

Kamis, 20 Februari 2025 - 21:07 WIB

Cek Kesehatan Gratis Bagi Bayi Hingga Lansia Menyisakan Banyak Problem Yang Harus Segera Diselesaikan Secepatnya

Berita Terbaru