Ekonomi Indonesia ditentukan oleh berbagai faktor dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Salah satunya yakni dari aktivitas ekspor impor yang memiliki keuntungan berlebih bagi Indonesia.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan melepas ekspor baja lapis ke tiga negara, yaitu Australia, Kanada, dan Puerto Riko.
Baja lapis tersebut diproduksi PT Tata Metal Lestari yang sudah melakukan ekspor baja ke 20 negara.
Disatu sisi Menteri Zulhas menyatakan gembira dengan ekspor baja lapis yang sudah dilakukan ini.
Karena, baja merupakan komoditas ekspor yang memberikan kontribusi pada surplus neraca perdagangan Indonesia.
“Saya juga bahagia ekspornya ke Australia dan Kanada. Karena selama ini neraca perdagangan Indonesia dengan kedua negara itu mengalami defisit,”
Ucap Mendag saat pelepasan ekspor di pabrik PT Tata Metal Lestari di Purwakarta, Jawa Barat, Jumat (21/6/2024)
Mendag terus mendorong ekspor baja, karena selain memberi nilai tambah juga menyerap tenaga kerja.
Pemerintah akan terus membuka pasar-pasar baru dengan melakukan perjanjian perdagangan.
“
Kita kalau mau negara maju, harus menguasai pasar dunia. Apalagi baja termasuk industri yang berteknologi tinggi,” ucap Mendag.
Vice President PT Tata Metal Lestari Stephanus Koeswandi mengatakan peluang ekspor baja lapis terus meningkat.
Triwulan I-2024, ekspor baja lapis meningkat 8,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menjadi 3,18 juta ton.
“Ekspor produk baja semakin signifikan karena menunjukkan industri baja nasional yang bertumbuh dan semakin penting bagi perekonomian nasional.
Kami melakukan manuver ekspor dengan membaca peluang-peluang,” ujar Stephanus.
Salah satu peluang itu adalah perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia-Australia.
Peluang lainnya juga datang dari memanasnya kembali perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok.
Melihat peluang yang makin luas, PT Tata Metal Lestari berencana menaikkan investasinya sebesar Rp1,5 triliun.
Peningkatan investasi diharapkan juga akan menambah penyerapan tenaga kerja di Indonesia.
Nilai baja lapis yang diekspor Jumat ini mencapai USD200.000 (sekitar Rp3 miliar) per kontainer.
Stephanus menambahkan perusahaannya menyisihkan 35 persen kapasitas produksinya untuk ekspor.