Untuk mencapai Indonesia merdeka dilakukan dengan jalan persatuan al ihkwal yang selalu diungkapkan oleh sang proklamator, ketika Bangsa Indonesia pra kemerdekaan atau yang kita kenal dengan zaman penjajahan, Bung Karno beserta pendiri bangsa lainnya selalu menganjurkan persatuanlah jalan satu-satunya untuk mewujudkan cita cita bangsa yang sejahtera.
Begitupula dengan semua perkumpulan atau organisasi yang menganut ajaran ideologi Bung karno ketika mengalami perpecahan maka sangat dianjurkan untuk segera inysaf dan segera melakukan konsolidasi nasional dengan melepaskan ego masing-masing demi persatuan dan kesatuan sebuah organisasi.
Ketika melihat akhir-akhir ini salah satu organisasi besar atau kawaan seperti GMNI mengalami perpecahan ketika prosesi pergantian kepemimpinan nasional yg kita kenal dengan Kongres.
Pada tahun 2019 dikota Ambon Maluku Utara Grakan Mahasiswa Nasionanl Indonesia saat menggelar Kongres didalam Forumnya terjadi perbedaan pendapat antara peserta sehingga terjadi dinamika cheos, namun forum itu tidak dapat dibendung lagi sehingga berdampak pada pembagian 2 lokasi Kongres salah satu diantaranya tetap di Kristen centre lokasi yang sudah ditentukan oleh Badan Pekerja Kongres yang dibentuk oleh DPP GMNII, namun karena dinamika itu maka Ketua Umum dan Sekeretaris jenderal beserta Pengurus yang setia terhadap kepimpinan Bung Robaitullah Jaya Kusuma dan Bung Clens tedy melalui hak Fektonya memindahkan lokasi Kongres di Hotel Amaris.
Masing-masing kubu yang berpolemik baik kubu ketua umum maupun pengurus dikala itu menghasilkan 2 kepemimpinan nasional sekaligus yakni hasil kongres GMNI ala Kristen Centre dinahkodai oleh Bung Imanuel Cahyadi Karo-karo dan Sujahri Somar sebagai Sekretaris Jendral.
Sedangkan Amaris menghasilkan kepemimpinan nasional yang di nahkodai oleh Bung Arjuna Putra Aldino beserta Bung Ageng Dendy Setiawan
Kedua kubu yang berkonflik tersebut sama sama bersikukuh mengaku paling benar, sehingga kedua kepemimpinan nasional ditubuh DPP GMNI ini juga sama sama menjalankan proses kaderisasi dibawah kepemimpinan masing-masing.
Seperti kita ketahui bersama bahwa GMNI bukan hanya organisasi kader namun GMNI dikenal Sebagai organisasi perjuangan yang artinya bahwa organisasi tidak melulu berbicara tentang internal organisasi akan tetapi berbicara pula tentang dinamika eksternal didalam hal ini terkait kondisi bangsa dan negara melalui sikap-sikap politik GMNI.
Banyak Alumni, Kader dan simpatisan GMNI berharap agar semua pihak mampu dewasa dan mendukung bersatunya organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia agar regenerasi serta pendidikan politik di kampus terus berjalan tanpa ada kepentingan politik dari kalangan elit yang bisa menyebabkan perpecahan secara sosial organisasi.
Penulis
Sahdan
Demisioner Ketua DPC GmnI Jombang