Inilah esensial itu, kebebasan, keadilan, dan kesejahteraan.
Ketiganya adalah nilai dasar kemanusiaan, namun apakah sudah konkret? Tidak. Kemanusiaan itu bersifat absurd.
( Djoko Sukmono )
MONOLOG
Manusia Sosial Konkret menyatakan bahwa apapun dan siapapun yang menghalangi anak anak MANUSIA KONKRET Untuk Sejahtera dinyatakan sebagai KONTRA REVOLOSI
Manusia Individual Konkret juga menyatakan bahwa apapun dan siapapun yang mengancam wilayah privasi anak anak manusia dinyatakan sebagai Musuh Kemanusiaan.
Eksistensi yang beresensi
Bahwa sesungguhnya manusia itu satu adanya, oleh karena itu manusia wajib hidup. Segala sesuatu yang mengakibatkan manusia tidak hidup harus dihapuskan dari muka bumi. Selanjutnya, pembentukan manusia harus dilaksanakan dengan cepat dan tepat sasaran terhadap seluruh inisial yang ada, dengan berpedoman pada keadilan sosial yang disokong oleh pilar utama: identitas, integritas, dan loyalitas.
Kegagalan esensial telah menjadi fakta otentik, sedangkan kegagalan eksistensial berada pada posisi paradoksal. Upaya menjadi manusia konkret terhalangi oleh struktur sosial yang konstruktif, juga oleh budaya ekstremis radikal yang terkooptasi oleh pancang-pancang kebenaran dan kebaikan. Kekuatan moneter menjadi monster yang siap melahap eksistensi manusia konkret. Revolusi dalam bentuk baru tidak membawa situasi sosial yang kondusif, melainkan menjerumuskan anak-anak manusia yang masih kekanak-kanakan ke jurang kehancuran.
Peran Orde Digitalisasi saat ini menjadi harapan besar bagi anak-anak manusia dalam mempraktikkan eksistensinya. Ruang kebebasan telah dibuka; pintu dan jendela dunia mulai nampak. Yang esensial dinyatakan tidak becus dan usang, lalu digantikan dengan bentuk baru bernama Google dan internet. Keduanya menawarkan solusi baru dalam kehidupan sosial anak-anak manusia untuk tumbuh menjadi anak-anak Orde masa depan.
Kecepatan Orde Digitalisasi adalah efek dari revolusi sains dan teknologi yang dimanifestasikan oleh progresivitas revolusi industri. Situasi ini tak terelakkan. Kekuatan Orde Digitalisasi mampu menembus pelosok dunia dan relung identitas yang telah ada sebelumnya.
Struktur sosial esensial runtuh.
Budaya esensial berantakan.
Sistem sosial mudah terdekonstruksi.
Para esensialis melakukan bunuh diri massal.
Generasi milenial dan generasi Z membunuh semua yang kontra terhadap Orde Digitalisasi.
Keruntuhan rezim politik, sosial, kebudayaan, maupun keagamaan sudah berada di depan mata dan kini terhuyung-huyung.
Mengapa demikian,,??
Karena keberadaan mereka rentan terhadap hukum-hukum rasional perubahan. Inilah yang disebut Hukum Rasional Sejarah yang kini bermanifestasi secara konkret. Dengan godam sejarah, struktur ahistoris dihancurkan; dengan baja sejarah, pelaku struktural yang stratifikatif otoritatif dihantam.
Inilah yang esensial itu, yang telah gagal mendunia
Jika yang esensial (yang kemungkinan itu mungkin) memungkinkan keberadaan, maka yang eksistensial (sebagai yang sungguh-sungguh ada) menjadi tidak mungkin. Sebab, yang tersedia dalam kehidupan sosial manusia hanyalah hamparan ketidakmungkinan yang absurd.
Makanya, keberadaan manusia hanya sampai pada yang esensial, tidak mencapai yang eksistensial. Esensi adalah dasar kemungkinan keberadaan manusia, sedangkan eksistensi adalah dasar kesungguhan keberadaan manusia.
Beresensi dan bereksistensi bagi manusia individu konkret hanya sampai pada *situasi batas*, demikian pula kondisi sosial konkret. Keduanya berujung pada situasi batas sosial yang absurd, yaitu keberadaan yang pecah. Hal ini terjadi karena keberadaan esensial jatuh ke jurang kesia-siaan.
Inilah esensial itu, kebebasan, keadilan, dan kesejahteraan. Ketiganya adalah nilai dasar kemanusiaan, namun apakah sudah konkret? Tidak. Kemanusiaan itu bersifat absurd.
Dengan susah payah, anak-anak manusia berusaha menjadi manusia autentik, namun gagal.
– *Hitler gagal.*
– *Uni Soviet bubar.*
– *Reformasi absurd.*
– *Partai politik gagal.*
– *Demokrasi gagal.*
– *Marxisme menimbulkan konfrontasi berkepanjangan.*
– *Kapitalisme menggali kuburnya sendiri.*
Anak-anak manusia berada pada posisi esensi yang rapuh, sebab esensi hanyalah jebakan yang menjadikan manusia sebagai makhluk sosial berhadapan dengan situasi serba kemungkinan.
Paradoksal adalah jalan menuju absurditas
Paradoks membelah yang utuh menjadi kepingan-kepingan yang terserak menuju situasi absurd—situasi tanpa tujuan, misterius, dan mengerikan. Contohnya: Negara-bangsa Indonesia berada pada posisi paradoksal. Timur Tengah berada dalam situasi batas sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
Yang esensial hanyalah bayang-bayang waktu yang ilusif. Kehidupan sosial manusia terbatas pada waktu kemarin, sekarang, dan yang akan datang. Dengan penggunaan struktur pikiran yang reflektif, rasio dapat bekerja lebih jernih dan tajam, membuka kemungkinan menuju eksistensial, di mana kebebasan manusia konkret dapat dijelaskan.
Manusia adalah dimensi multi-kompleks, konkret, dan individual, hidup di waktu, berada di ruang, bersinergi dengan esensi, beraktivitas di dalam transhistoris dan transidios, kemudian hadir sebagai eksistensi yang autentik dan konkret.
Penulis
Djoko Sukmono
Badan Pendidikan dan Pelatihan
Gerakan Pemuda Nasionalis Marhaenis
( NASMAR )