Pamekasan – Dewan Pimpinan Komisariat (DPK) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Universitas Madura menggelar diskusi intensif bertema “Revitalisasi Pedoman Organisasi sebagai Basis Gerakan Kader” pada hari Senin sore, bertempat di area terbuka kampus yang rindang dan tenang (02/06/2025).
Kegiatan ini merupakan bagian dari penguatan ideologi dan konsolidasi internal yang rutin dilakukan oleh DPK.
Diskusi tersebut dipantik oleh Bung Suadi, Wakil Ketua Bidang Advokasi GMNI Cabang Pamekasan, yang dalam paparannya menekankan urgensi pemahaman mendalam terhadap Pedoman Organisasi (PO) sebagai landasan dalam menjalankan roda organisasi secara terstruktur dan ideologis.
“Pedoman organisasi adalah prinsip, aturan, atau petunjuk yang digunakan sebagai panduan dalam melakukan sesuatu,” ungkap Bung Suadi di awal pemaparannya.
Lebih lanjut, Bung Suadi menyampaikan bahwa GMNI bukan sekadar organisasi kemahasiswaan biasa, melainkan gerakan ideologis yang berakar kuat pada Marhaenisme. Oleh sebab itu, pemahaman terhadap struktur organisasi, aturan internal, serta nilai-nilai ideologis sangat penting untuk dipahami dan dijalankan oleh setiap kader.
Dalam sesi diskusi, Bung Suadi juga memperkenalkan dan menekankan konsep Pancalogi (IROSI) yang merupakan lima aspek fundamental yang harus dijadikan fondasi dalam perjuangan kader GMNI.
Berikut penjelasannya secara rinci
1.Ideologi
Ideologi Marhaenisme menjadi pijakan utama kader GMNI dalam bersikap dan bertindak. Tanpa pemahaman ideologi yang kuat, arah gerakan akan mudah terombang-ambing oleh kepentingan sesaat dan pragmatisme.
2.Revolusi
Revolusi bukan hanya dalam konteks fisik, tetapi juga revolusi pemikiran dan budaya. GMNI mendorong lahirnya kesadaran kritis dan keberanian kader dalam melakukan perubahan sosial.
3.Organisasi
Organisasi adalah alat perjuangan. Dengan memahami struktur, mekanisme, dan fungsi organisasi, kader akan mampu bergerak secara kolektif dan sistematis dalam memperjuangkan cita-cita rakyat.
4.Studi
Studi menjadi kebutuhan utama untuk melahirkan kader intelektual organik. GMNI mendorong budaya baca, diskusi, dan analisis sebagai bentuk militansi intelektual.
5.Integrasi
Integrasi mengandung makna pentingnya sinergi antar individu, antar kader, serta antar sektor dalam masyarakat. Kader GMNI dituntut mampu menjembatani perbedaan dan membangun persatuan demi tujuan bersama.
Kelima aspek tersebut, menurut Bung Suadi, harus menjadi satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dalam membentuk karakter kader yang militan, progresif, dan revolusioner.
Diskusi berlangsung hangat dan penuh antusiasme. Para peserta yang didominasi oleh kader muda turut aktif mengajukan pertanyaan serta menyampaikan pandangannya terhadap tantangan yang dihadapi organisasi saat ini. Beberapa poin penting yang mengemuka antara lain soal konsistensi kader dalam menjalankan fungsi organisasi, serta pentingnya membangun budaya belajar di internal komisariat.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi wadah intelektual, tetapi juga menjadi ajang konsolidasi emosional di antara kader. Duduk melingkar di bawah rindangnya pepohonan, para peserta menyepakati perlunya kontinuitas diskusi semacam ini sebagai bentuk kaderisasi ideologis yang berkelanjutan.
Sebagai penutup, Bung Suadi menyampaikan harapannya agar GMNI Universitas Madura menjadi basis pengkaderan yang mampu melahirkan kader-kader ideologis, kritis, dan berintegritas tinggi. (Al_vinosa)