Emisi karbon di Negara China semakin hari semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Kondisi tersebut disebabkan oleh banyaknya pabrik dan industri dalam berbagai bidang.
Pemerintah China terus mencari cara untuk meminimalknan emisi karbon secara teratur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah satunya yaitu membuat pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT).
EBT dianggap mampu mengurangi emisi karbon yang membahayakan di China.
karena selama ini dikenal sebagai salah satu negara penghasil polusi terbesar di dunia.
Menurut laporan terbaru, saat ini China sudah berada pada jalur yang berkelanjutan.
Target instalasi tenaga surya dan angin di Beijing untuk tahun ini telah tercapai pada bulan September.
Pangsa pasar kendaraan listrik telah melampaui target 20 persen pemerintah untuk tahun 2025.
Lauri Myllyvirta, penulis laporan sekaligus analis utama di Centre for Research on Energy and Clean Air.
Mengatakan Rekor penambahan ini dipastikan akan mendorong pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan emisi karbon dioksida menurun pada tahun 2024,”.
Menurut Myllyvirta Pertumbuhan yang paling mencolok terjadi pada tenaga surya.
Kondisi Instalasi tenaga surya meningkat sebesar 210 gigawatt (GW) pada tahun 2023.
Dua kali lipat dari total kapasitas tenaga surya di Amerika Serikat dan empat kali lipat dari kapasitas yang ditambahkan oleh China pada tahun 2020.
Analisis ini berdasarkan angka resmi dan data komersial, menemukan bahwa China memasang 70 GW tenaga angin tahun ini.
Melebihi dari seluruh kapasitas pembangkit listrik di Negara Inggris.
China diperkirakan menambah 7 gigawatt tenaga air dan 3 gigawatt kapasitas tenaga nuklir tahun ini.
Ledakan pembangkit energi bersih dapat memicu penurunan emisi China mulai tahun depan.
Meskipun ada gelombang pembangkit listrik tenaga batu bara baru di negara tersebut. Ujar Myllyvirta.
“Untuk pertama kalinya, laju ekspansi energi rendah karbon sekarang ini cukup untuk tidak hanya memenuhi.
Tetapi juga melebihi rata-rata peningkatan tahunan permintaan listrik China secara keseluruhan,” Ucap Myllyvirta dilansir The Guardian, Senin (13/11/2023).
Jika laju ini dipertahankan, atau dipercepat, berarti pembangkit listrik China dari bahan bakar fosil akan memasuki periode penurunan struktural.
Selain itu, penurunan struktural ini dapat terjadi meskipun ada gelombang baru perizinan dan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara di negara tersebut,” tambah Myllyvirta.
Cina memiliki 136 GW kapasitas listrik tenaga batu bara yang sudah dalam tahap konstruksi pada akhir Juni, dengan 99 GW lainnya yang sudah memiliki izin perencanaan.
Menurut penelitian tersebut, 25 GW lainnya telah diizinkan sejak saat itu.
Janji kebijakan dibuat oleh presiden negara tersebut, Xi Jinping, untuk secara ketat mengontrol proyek-proyek pembangkit listrik tenaga batu bara yang baru.
pada tahun 2030, “China telah memperkirakan bahwa kapasitas listrik tenaga batu baranya akan mencapai puncaknya.
Sebuah laporan dari lembaga pemikir iklim Ember bulan lalu menemukan bahwa pertumbuhan energi terbarukan sangat cepat.
Sehingga mendekati tingkat yang dibutuhkan dunia untuk meningkatkan kapasitasnya tiga kali lipat pada akhir dekade ini untuk memenuhi target iklim.
Dalam beberapa pekan terakhir, Badan Energi Internasional (International Energy Agency) menambahkan bahwa emisi dari semua sumber energi termasuk bahan bakar fosil yang digunakan untuk pemanasan dan bahan bakar.
Dapat mencapai puncaknya pada tahun 2025 sebelum mulai menurun dalam titik balik bersejarah bagi industri energi.