Momentum politik sangat rentan dengan gerakan mahasiswa dan masyarakat.
Pada Rabu (27/12) Ratusan orang, didominasi mahasiswa, berkumpul di pusat Kota Belgrade .
Mereka melakukan protes penyimpangan hasil pemilu yang diselenggarakan pekan lalu.
Demonstran menghubungi sejumlah kementerian dan kantor pemerintah lokal untuk menuntut pembukaan daftar pemilih.
Massa aksi dan pemimpin oposisi menuduh otoritas di Serbia, termasuk Presiden Aleksandar Vucic.
Curang dengan memasukkan orang-orang yang sudah meninggal ke dalam daftar pemilih.
Bahkan memasukkan pemilih dari Bosnia dan Kosovo dalam pemilihan tersebut.
Partai Progresif Serbia (SNS) yang berkuasa menilai perolehan 46,72 persen suara dalam pemilihan parlemen cepat.
Sudah benar dan sesuai hasil awal dari keputusan komisi pemilihan negara.
Koalisi Serbia Melawan Kekerasan selaku oposisi utama berada di posisi kedua dengan 23,56 persen perolehan suara.
Selanjutnya diikuti oleh Partai Sosialis Serbia di posisi ketiga dengan 6,56 persen suara.
Sejak keluarnya hasil pemilu, mahasiswa dan anggota kelompok oposisi menggelar demo setiap hari di Belgrade.
Mereka kokoh dengan prinsipnya dan menuntut pembatalan pemilu yang sudah digelar.
Pada hari Minggu (24/12) tepatnya sebelum matahari terbit aksi sudah dilaksanakan.
Bahkan berkembang menjadi aksi kekerasan sehingga sebanyak 38 orang ditahan oleh polisi.
Menurut sebuah misi pemantauan internasional pada Senin (18/12) menerangkan.
Bahwa partai penguasa telah memperoleh keuntungan yang tidak adil melalui laporan yang bias di media.
Serta pengaruh tidak tepat dari presiden Vucic, dan pelanggaran pemilu seperti pembelian suara.