Amerika terus memantau kondisi dan transaksi keuangan setiap negara yang sudah mendapat catatan merah.
Pihak Amerika juga menyediakan sanksi jika ada bank atau lembaga keuangan yang dengan sengaja melanggar.
Tetapi ada perusahaan China yang diam-diam melakukan beberapa transaksi dengan Rusia.
Seperti yang diketahui bersama saat ini Negara Vladimir Putin mendapat sanksi ekonomi dari Barat.
Sehingga rusia harus terputus dari jalur pembayaran internasional dan menjadi hambatan dalam berbisnis.
Hal ini terjadi saat bank-bank besar China mundur dari pembiayaan transaksi terkait Rusia.
Disatu sisi Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken menyatakan “keprihatinan serius” dalam hal ini.
Apalagi ketika Beijing “mendorong perang agresi brutal Rusia terhadap Ukraina”.
Pernyataan ini disampaikan setelah bertemu dengan diplomat top China, Wang Yi.
“Hubungan Beijing tidak baik dengan Eropa sambil tetap mendukung ancaman terbesar terhadap keamanan Eropa sejak berakhirnya Perang Dingin,”.
Hal itu disampaikan juru bicara Departemen Luar Negeri AS menggambarkan bagaimana Blinken menjelaskan kepada para pejabat Beijing.
Padahal para pejabat memperingatkan bahwa Washington siap mengambil tindakan terhadap lembaga-lembaga keuangan China.
Terutama perusahaan yang memfasilitasi perdagangan barang dengan aplikasi sipil dan militer.
Seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters pekan lalu bahwa “Washington belum melakukannya dan Kami tidak mempunyai rencana untuk menerapkan tindakan tersebut,” ujarnya.
Respon terkait hal ini disampaikan Juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan, “China tidak menerima sanksi sepihak yang ilegal.
Kerja sama perdagangan normal antara China dan Rusia tidak boleh diganggu oleh pihak ketiga manapun.”.
Sikap Amerika yang akan memberikan sanksi kepada China membuat sirkulasi bisnis dunia terpengaruh.
Sehingga berdampak kepada psikologi ekonomi yang sudah tumbuh dan berkembang di Negara yang terkait.