Tetapi bagi bangsa Indonesia menjadi bulan yang sangat bersejarah karena detik-detik proklamasi kemerdekaan 1945 juga bertepatan dengan Ramadan.
Pada tahun 2024 sekarang umat Islam di Indonesia dan dunia juga kembali menjalankan ibadah puasa dengan semangat dan suasana hati yang penuh makna.
Momentum ini juga bisa menjadi penyemangat umat Islam terkait pentingnya bulan Ramadan sebagai starting point menuju perubahan yang lebih baik.
Yaitu dari masa-masa yang sedih menuju bahagia, dari ketertindasan menuju kejayaan, dan dari kemiskinan menuju kesejahteraan bagi semuanya.
Makna Bulan Suci Ramadan Dibalik Kemerdekaan Indonesia
Peristiwa penting dan bersejarah untuk menuju kemerdekaan Indonesia dimulai pada bulan Ramadan 1334 H.
Pada waktu itu Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) ditetapkan saat satu hari menjelang malam pertama bulan Ramadhan.
Kemudian tepat tanggal satu Ramadan tentara sekutu menyerang bom kota Nagasaki sehingga melumpuhkan kekuatan Jepang sekaligus pertanda kekalahan perang.
Kemudian pada hari kedua Ramadan, Soekarno, Hatta dan Radjiman menemui Marsekal Terauchi di Vietnam untuk membicarakan kemerdekaan Indonesia.
Keberuntungan Indonesia terjadi pada tanggal 6 Ramadan yaitu ketika Jepang menyerah kepada sekutu karena kalah perang.
Peluang tersebut akhirnya dimanfaatkan oleh para pemuda untuk menyusun kerjasama dan strategi untuk merebut kembali kekuasaan dari Jepang.
Pada malam harinya pukul 22.00 tanggal 7 Ramadan, golongan pemuda yang dipimpin oleh Wikana bergerak menuju ke rumah Soekarno.
Tujuan mereka yakni untuk mendesak Bung Karno untuk memproklamasikan kemerdekaan agar dilakukan malam ini juga.
Setelah berdebat dan tidak ada keputusan akhirnya Dini hari pada 8 Ramadan Soekarno dan Hatta diculik ke Rengasdengklok.
Bung Karno menjelaskan bahwa sejak dari Saigon dia sudah matang untuk merencanakan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Dia memaparkan kepada golongan muda jika Al- Qur’an dahulu diturunkan pada 17 Ramadan.
Ibadah Shalat dalam satu hari berjumlah 17 Rakaat, dan diplihnya hari yang mulia yaitu Jumat.
Selama melakukan persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia, Bung Karno juga meminta rekomendasi dari beberapa Ulama.
Tanggal 17 Agustus 1945 rekomendasi dari K.H Abdoel Moekti dari Muhammadiyah, sedangkan K.H Hasyim Asy’ari mendorong Bung Karno agar tidak takut memproklamirkan kemerdekaan.
Peristiwa penculikan berakhir pada saat Mr. Achmad Soebardjo menjemput Soekarno dan Hatta untuk kembali lagi menuju ke Jakarta.
Menurut Keterangan dari Mr. Achmad Soebardjo, pada pukul 03.00 saat waktu sahur Ramadan, sebelum di bacakan teks proklamasi didiktek oleh Bung Hatta, kemudian di tulis oleh Bung karno.