Akar penyebab memanasnya perang di Timur Tengah adalah konflik Palestina-Israel yang belum selesai.
Pernyataan tersebut merupakan cuplikan tentang pembicaraan telepon Putin dengan Raisi beberapa hari lalu.
Secara prinsip Rusia dan Iran yang mendukung gencatan senjata segera di Jalur Gaza.
Serta membantu kemanusiaan dan menciptakan kondisi penyelesaian krisis secara politik dan diplomatik.
Sikap Putin ini merupakan respon serangan Iran yang dilakukan sebagai bentuk balas dendam terhadap serangan Israel.
Namun pemerintah Amerika Serikat (AS) meyakini dengan sepenuh hati bahwa Israel akan menyerang Iran.
Tetapi hanya akan berfokus kepada proksi Teheran di luar Iran. Hal ini disampaikan empat pejabat AS kepada NBC News, Selasa (16/4/2024).
Mengutip Times of Israel, pejabat itu menyebut bahwa kurangnya kerusakan serius yang dilakukan oleh Tehran.
Berpotensi bisa menyebabkan Yerusalem menciptakan tanggapan yang kurang agresif.
Alasan lainnya yakni Tel Aviv sedang berupaya menghindari konflik yang lebih luas.
” Israel mungkin akan menyerang proksi Iran, seperti milisi Iran di Suriah atau kelompok teror Hizbullah di Lebanon,” ucap 4 sumber tersebut.
AS juga mengharapkan Israel untuk memberikan informasi terkini mengenai keputusan yang sudah diambil.
Tetapi Washington tidak bermaksud untuk mengambil bagian dalam reaksi pembalasan apa pun.
Sedangkan Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Herzi Halevi mengatakan pada hari Senin.
Bahwa serangan Iran terhadap Israel akan ditanggapi dengan baik dan tidak tergesa gesa.
Adapun Iran menyerang Israel dengan rudal dan drone akhir pekan lalu sebagai balas dendam atas serangan udara tanggal 1 April lalu di konsulatnya di Suriah.
Yang menewaskan tujuh anggota Korps Garda Revolusi Islam, termasuk dua jenderal. Iran menduga Tel Aviv di balik serangan itu