Kondisi geopolitik internasional seperti kemelut yang berentetat secara teratur.
Bukan hanya persoalan perang antar negara penjajah dan yang dijajah.
Tetapi lebih kepada intervensi politik kepada Negara yang berada pada situasi pemilu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Negara China memberikan sanksi kepada 5 produsen senjata Amerika Serikat.
Hal ini disebabkan Karena perusahaan tersebut menjual senjatanya ke Taiwan.
Banyak pihak yang menganggap pemberian sanksi ini membuat kondisi makin panas.
karena Beijing mengklaim bahwa Taiwan adalah bagian dari wilayahnya sejak dulu.
Melihat kondisi tersebut Pemerintahan Xi Jinping bisa saja menggunakan kekuatan militernya.
untuk menyatukan kembali bekas wilayah protektorat Inggris dengan daratan China tersebut.
Amerika Serikat memprotes sanksi dan menyatakan negaranya diwajibkan oleh hukum.
Untuk menjual senjata ke Negara Taiwan sebagai sarana untuk mempertahankan diri.
China menjatuhkan sangsi menjelang pemilihan presiden dan parlemen Taiwan pada 13 Januari.
China bersikukuh dengan kelangsungan Pemilu tdi Taiwan dengan menyatakan.
Bahwa hasil pemilihan umum itu merupakan pilihan antara perang dan perdamaian.
Departemen Luar Negeri AS menyetujui pembelian paket senjata senilai US$300 juta.
Untuk memperkuat sistem pertahanan dan kendali tempur gabungan Taipei pada Bulan lalu.
Beijing merespons dengan menyatakan akan mengambil “tindakan balasan” selanjutnya.
Tetapi masih belum ditentukan terhadap perusahaan-perusahaan yang terlibat.
Kementerian Luar Negeri China pada Minggu memberikan sanksi beberapa perusahaan diantaranya.
BAE Systems Land and Armament, Alliant Techsystems Operation, AeroVironment, ViaSat dan Data Link Solutions.
“Tindakan penanggulangannya terdiri dari pembekuan properti perusahaan-perusahaan tersebut di China.
Meliputi properti bergerak dan tidak bergerak, melarang organisasi dan individu di China melakukan transaksi serta kerja sama dengan mereka.
Hal ini diucapkan oleh ” Kemenlu China, dikutip dari Al Jazeera, Minggu (7/1/2024).
Beijing meningkatkan tekanan kepada Taiwan sejak Tsai Ing-wen pertama kali terpilih sebagai presiden pada tahun 2016.
China mengklaim bahwa Taiwan menginginkan kemerdekaan sejak dahulu.
Tetapi Tsai mengatakan, masa depan mereka bergantung pada rakyat Taiwan.
Wakil Presiden Taiwan, William Lai mencalonkan diri dalam Pemilu 2024 sebagai Presiden.
Dia melawan calon Hou Yu-ih dari KMT yang hubungannya lebih ramah terhadap China.
Taiwan melaporkan video pesawat tempur dan balon China di sekitar pulau itu.
Beberapa minggu menjelang demokrasi pemilu akan dilaksanakan.
Serta memperingatkan Beijing agar tidak caampur tangan mempengaruhi hasil pemilu.