Kondisi geopolitik internasional semakin parah karena perang saudara di Myanmar masih terus berkecamuk.
Peristiwa ini semakin menambah catatan dunia yang mengalami peperangan senjata di berbagai negara.
Kelompok bersenjata etnis dan militer memasuki pertempuran yang panas untuk memperebutkan pusat penambangan batu delima dan permata.
Tertulis dalam berita, Jumat (28/6/2024), Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang (TNLA) melancarkan serangan terhadap pasukan junta awal pekan ini.
Tepatnya di wilayah Mandalay kota Mogok. Kota ini dikenal sebagai pusat produksi ruby, safir, spinel, aquamarine, dan batu semi mulia lainnya.
Beberapa penduduk Mogok mengatakan kepada AFP bahwa kota tersebut telah terkena serangan artileri .
Bahkan juga serangan udara oleh pesawat militer sejak pertempuran di daerah tersebut dimulai pada Selasa.
“Sejauh yang saya tahu, empat orang termasuk dua wanita tewas kemarin karena tembakan artileri,” ucap warga Mogok yang tidak mau disebutkan namanya.
“Kami tidak punya pengalaman seperti ini. Ini adalah pertempuran serius pertama yang terjadi di kota Mogok.”
Dalam beberapa dekade, junta Myanmar dan lawan-lawannya telah mengenakan pajak pada penambang lokal untuk mendapatkan penghasilan.
Banyak hasil penambangan batu-batu ini diselundupkan melewati perbatasan ke Thailand atau China dan dijual di dua negara itu.
Selain di Mogok, TNLA juga melakukan serangan di kota Kyaukme di negara bagian Shan.
Berdasarkan informasi masyarakat, mereka berkata pertempuran mulai pecah di kota itu pada hari Selasa.
“Setidaknya 10 warga sipil tewas dan lebih dari 20 orang terluka di sana sejak bentrokan pecah,” kata seorang warga kota itu.
Myanmar berada dalam perang saudara sejak junta militer pimpinan Min Aung Hlaing mengkudeta pemerintahan sipil pada Februari 2021.
Kudeta, yang terjadi pada bulan Februari 2021 memicu reaksi publik yang besar, dengan demonstrasi besar-besaran yang menolaknya.
Aksi menyampaikan suara tersebut kemudian dibubarkan secara brutal sehingga menimbulkan banyak korban.
Hal Ini memicu reaksi keras dari beberapa milisi etnis di Negeri Seribu Pagoda seperti Kachin dan Arakan.
Sehingga mereka mulai melancarkan perlawanan terhadap rezim junta yang dianggap tidak demokratis.
Milisi etnis tersebut juga telah merekrut sejumlah anggota baru yang memang memiliki keinginan untuk melawan junta.
Banyak kaum muda dan intelektual pada saat ini menjadi anggota milisi baik di garis depan maupun pendukung.
Serangan ini juga berpotensi melanggar gencatan senjata yang ditengahi oleh China pada bulan Januari.
Karena baik Shan maupun Mandalay merupakan akses perdagangan yang penting antara Myanmar dengan Negeri Tirai Bambu.