Peninggalan masa lalu seharusnya disimpan dengan baik agar keberadaannya tetap terjaga lestari.
Bahkan sebagai generasi bangsa seharusnya turut serta dalam melestarikan peninggalan zaman dahulu.
Agar generasi yang akan datang bisa mengetahui secara utuh kekayaan masa lalu dan juga ikut menjaga.
Tidak hanya di pulau Jawa saja yang kaya akan budaya, di Provinsi Bali juga banyak peninggalan zaman dahulu.
Berikut daftar peninggalan dan kebudayaan di Buleleng Bali.
1. MUSEUM BULELENG
Museum Buleleng ini berada di lingkungan Puri Seni Sasana Budaya Singaraja.
Keberadaannya diresmikan bertepatan dengan HUT Kota Singaraja, Tumpek Wariga, 30 Maret 2002.
Museum Buleleng adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungan Bali Utara.
Banyak benda yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi. Beberapa diantaranya adalah :
Benda-benda purbakala meliputi sarkofagus, stupa, patung, senjata dan lain-lain.
Benda-benda seni meliputi lukisan, kerajinan emas, perak, besi, tapel, barung gamelan, dan lain-lain.
Alat pertanian serta prototipe benda-benda seni yang disakralkan.
2. GEDONG KIRTYA
Gedong Kirtya berada di Jalan Veteran nomor 20 Singaraja.
Gedong dibangun atas usulan cendikiawan Belanda yakni F.A.Liefrink dan H.N. Van Der Tuuk.
Keduanya merupakan indiolog sekaligus baliolog Belanda penggiat kebudayaan, adat istiadat dan bahasa bali.
Usulan itu disambut baik oleh Resident Bali dan Lombok yang berkedudukan di Singaraja.
Kemudian sejak 2 Juni 1928 ditindaklanjuti dengan mendirikan sebuah yayasan yang dikemudian hari dikenal sebagai Gedong Kirtya.
Bangunan ini difungsikan untuk tempat mendepositkan naskah-naskah hasil karya para pujangga dari tokoh-tokoh zaman dahulu
Dimana tersebar disejumlah tempat di Bali dan Lombok yang sangat berguna di bidang keilmuan pada zaman Belanda.
3. MASJID AGUNG JAMIK SINGARAJA
Masjid Agung Jamik berlokasi di Jalan Iman Bonjol Nomor 65 Singaraja.
Masjid ini bisa diartikan sebagai proses akulturasi antara kebudayaan lokal dengan kebudayaan luar.
Ada beberapa keunikan yang tidak dimiliki masjid lainnya. Pertama, pintu masuknya berbentuk gapura gaya bali,
Lengkap dengan ornamen ukiran yang merupakan hadiah dari raja Buleleng, Anak Agung Ngurang Ketut Jelantik Polong (Putra Raja Buleleng I) pada tahun 1860.
Kedua, selain gapura masjid, hasil akulturasi Hindu dan Islam adapula kitab Al-Quran Raja.
Disebut demikian sebab ditulis oleh salah seorang santrinya yang berasal dari keluarga Raja Buleleng.
Yakni Ngurah Ketut Jelantik Celagi (Generasi Ke-6 dari Kibarak Panji Sakti tahun 1830).
4. TARI WALI – DESA SELAT
Tari Sang Hyang Dedari dan Tari Baris Dadab, termasuk Seni Tari Wali, yakni seni tari klasik.
Tarian tersebut sangat sakral, konon diyakini dapat menangkal dan mengusir wabah yang masih terpelihara di Desa Selat, Kecamatan Sukasada.
Kesenian ini lahir sekitar tahun 1913 saat terjadinya grubug Desa yang melanda warga Desa Selat.
Akhirnya para leluhur Desa Selat Pandan Banten menciptakan sebuah tarian yang memiliki berbagai manfaat.
Tarian ini diyakini mampu mengusir wabah yang sedang melanda warga Desa Pakraman Desa Selat Pandan Banten kala itu.
Tarian itu selanjutnya diberi nama, Tari Sang Hyang Dedari dan Tari Baris Dadab, yang sesungguhnya kedua tarian itu merupakan satu paket.
5. SAPI GERUMBUNGAN
Sapi Gerumbungan tidak berbeda jauh dari kesenian Makepung dari Kabupaten Jembrana ataupun Budaya Karapan Sapi dari Madura.
Tetapi ada beberapa perbedaan kesenian Sapi Gerumbungan yang ada di Kabupaten Buleleng dengan daerah lainnya.
Yakni tidak hanya mengandalkan adu kecepatan, namun yang terpenting adalah penampilan dua ekor sapi ketika berjalan.
Kesenian Sapi Gerumbungan di Bali Utara diperkirakan telah ada sebelum tahun 1938, yang pelaksanaanya dilakukan setelah panen raya oleh para petani.
Tujuannya yaitu mengungkapkan rasa syukur dan kegembiraannya atas panes yang dilakukan dengan menarikan sapi-sapinya di tengah sawah.