Setiap anak anak manusia adalah masa depan bagi dirinya sendiri.
Setiap anak anak manusia adalah Kemanusiaannya sendiri
Setiap anak anak manusia adalah identitas nya sendiri
Setiap anak anak manusia adalah kebebasan
Namun dalam relasinya dengan Dunia tidak ada konsistensi dan konsekuensi logis baginya
Relasi dengan Dunia itu adalah Hak setiap anak anak manusia
Maka Anak anak manusia tidak memiliki kewajiban apapun untuk menjadi yang DILUAR dirinya
Manusia adalah Ras
Manusia adalah Gender
Keduanya telah dihapus dari sistem sosial.
Gender sudah tidak ada
Ras sudah tidak ada
YANG ada dan menjadi ada adalah MANUSIA KONKRET.
(DJOKO Sukmono)
Tugas Filsuf SOSIAL bukan hanya untuk menggambarkan bagaimana Dunia bekerja, tetapi juga untuk mengkritisi dan merekonstruksi konsep konsep yang dijalankan oleh sistem sosial.
Sistem sosial itu bukan mewakili sebuah Kebenaran maupun Kebaikan bagi Dunia, sistem sosial itu juga bukan sesuatu yang statis dan tidak bisa diubah melainkan dia adalah Dinamis, tetapi sistem sosial adalah Alat bagi kebahagiaan Sosial itu sendiri.
Jika Dunia Sosial Kita saat ini didasarkan pada Ketidakadilan, maka fungsi Filsuf SOSIAL memiliki peran untuk mengubahnya , namun semua itu penuh dengan tantangan ancaman dan hambatan yang sudah pasti ada.
Mereka adalah Para utopis keparat yang sedang menikmati Kemapanannya dengan Determinisme dominasi hegemoniknya yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial yang sudah berjalan.
Potret sosial tentang Ras dan Gender
Konsep sosial yang sedang mengalami disorientasi sosial saat ini adalah Ras dan Gender.
Sering kali para agen agen doktrin sistem sosial yang statis beroperasi dengan asumsi asumsi bahwa kategori kategori ini mengacu pada Realitas Obyektif yang ada secara independen dari kita.
Gender sering dipahami sebagai sesuatu yang inheren dalam biologi manusia, sedangkan Ras dianggap sebagai Perbedaan fisik yang Natural dan dapat diobservasi.
Namun jika dilihat lebih dekat, bagaima katagori katagori ini berfungsi dalam masyarakat, Kita akan menemukan bahwa mereka bukan hanya sekadar deskripsi netral dari kenyataan, melainkan produk dari sistem sosial dan sejarah tertentu yang membentuk cara anak anak manusia memahami dunia dan dirinya sendiri.
Konstruksi pikiran yang terbentuk oleh pola berpikir
Budaya sebagai pruduk utama manusia banyak digunakan untuk merajut dan menyulam jiwa jiwa anak-anak manusia dalam membentuk cara pandang dan pola pikir yang stereotip dalam membangun Relasi dengan dirinya berupa identitas diri maupun dengan orang lain.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Konsep sosial tidak hanya mencerminkan realitas, mereka juga membangun Realitas Sosial kita.
Mereka menentukan bagaimana Kita dikatagorikan, bagaimana Kita diperlukan dan bagaimana kita menavigasi dunia sosial.
Ini berarti bahwa katagori seperti LAKI- LAKI dan PEREMPUAN atau KULIT PUTIH dan KULIT HITAM, tidak hanya bersifat deskriptif tetapi juga normatif dan POLITIS, mereka mengatur akses anak anak manusia terhadap sumber daya, kesempatan dan Kekuasaan.
Gender dari biologi Ke- Struktur sosial
GENDER adalah identitas bagi dirinya sendiri dan tidak dapat dipengaruhi oleh faktor apapun dalam perjalanannya.
Saya ada dan menjadi manusia KONKRET dengan mengabaikan stikmanisasi dari sistem sosial maupun Konstruksi budaya yang Represif.
Saya menjadi Perempuan maupun menjadi Laki laki adalah Kemanusiaan saya sendiri, sekaligus merupakan kebebasan saya sendiri.
Dalam pemahaman tradisional, gender seringkali dikaitkan dengan perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki.
Argument ini tampak intuitif, bukankah ada perbedaan fisik nyata antara tubuh perempuan dan tubuh laki-laki?.., Namun pendekatan ini GAGAL menangkap bagaimana katagori gender tidak hanya menunjuk pada karakteristik biologis tetapi juga berfungsi dalam sistem sosial yang lebih luas.
Menjadi seorang perempuan dalam masyarakat tertentu berarti lebih dari sekadar memiliki anatomi tertentu ini berarti menghadapi ekspektasi sosial tentang bagaimana seseorang harus bertindak, berpakaian dan berperan dalam masyarakat.
Seorang perempuan mungkin diharapkan untuk menjadi pengasuh, lebih emosional atau kurang agresif dibandingkan laki-laki .
Jika ia melanggar ekspektasi ini misalnya dengan menampilkan kepemimpinan yang tegas atau menolak peran tradisional sebagai Ibu, bisa jadi ia mungkin akan menghadapi PENALTI SOSIAL.
Dalam banyak masyarakat, menjadi perempuan juga berarti mengalami Subordinasi Sistematis dan Sumberdaya dibatasi oleh Norma Sosial dan Kebijakan Institusional.
Misalnya Perbedaan upah gender bukan hanya hasil dari preferensi individu tetapi dar sistem yang telah lama menetapkan Bahwa pekerjaan yang dilakukan perempuan kurang bernilai dibanding pekerjaan pekerjaan yang dilakukan laki – laki.
Jika kita memahami gender sebagai konstitusi Sosial, Kita tidak mengatakan bahwa perjalanan gender tidak realistis, justru sebaliknya.
Pengalaman ini sangat Realistis karena diciptakan dan dipertahankan oleh sistem Sosial.
Tetapi karena gender adalah produk Sosial, hal ini berarti ia juga dapat diubah. Jika sistem yang ada saat ini menciptakan ketidakadilan bagi perempuan, maka ada kemungkinan untuk merombaknya dan membangun sistem yang Adil.
Manusia KONKRET adalah manusia dengan seluruh kemanusiaannya
Manusia KONKRET bukan produk sistem sosial karena ia adalah Eksistensi yang beresensi.
Manusia KONKRET BERADA PADA POSISI ESENSINYA dan EKSISTENSINYA YANG AUTENTIK dan berada diluar sistem sosial
Manusia KONKRET tidak percaya kepada Sistem Sosial maupun Konstruksi dan Strukturnya, Manusia Konkret mempercayai dirinya sendiri didalam mengemban historisnya sebagai manusia sejarah yang tunduk pada hukum RASIONAL PERUBAHAN.
Seperti Gender, ras sering dipahami sebagai kategori biologis yang obyektif. Namun Sejarah menunjukkan bahwa konsep Ras terus berubah seiring waktu, sesuai dengan kepentingan politik ekonomi dan sosial.
Konsekuensi dan konstruksi sosial ras masih terasa hingga kini
Diskriminasi sistemik dalam pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan sistem peradilan pidana bukanlah akibat dari perbedaan alami antara kelompok ras, tetapi hasil dari sistem yang secara aktif mengkategorikan dan memperlakukan orang secara berbeda berdasarkan ras mereka.
Seperti Gender, memahami Ras sebagai konstruksi sosial tidak berarti Ras tidak memiliki dampak nyata dalam kehidupan orang orang.
Sebaliknya ini mengungkap bagaimana sistem yang ada menciptakan dan mempertahankan ketidakadilan.
Dan karena ras adalah pruduk sosial juga dapat dikonstruksi atau dihapus jika struktur sosial yang mendukungnya diubah.
Djoko Sukmono
Filsuf Sosial Indonesia