Kehidupan masyarakat internasional sedang dalam keadaan was was dan tidak tenang.
Hal ini disebabkan banyak perang yang terjadi di berbagai negara berdasarkan motif yang berbeda.
Ada yang perang karena dendam lama, adapula yang perang atas nama perkawanan.
Bahkan kawan yang berasal dari negara lain yang notabene merasa memiliki ikata khusus.
Ikut mengacau keadaan dengan cara menyerang pihak lain yang dianggap afiliasi dari lawannya.
Sehingga pertempuran semakin melebar dan tidak bisa dibendung lagi.
Apalagi ditambah dengan dukungan dari negara luar yang memang mempunyai dasar tidak suka terhadap salah satu negara yang berperang.
Peristiwa penyerangan Yaman Oleh Amerika Serikat dan Inggris beserta kawan kawannya.
Merupakan salah satu bentuk konflik yang bergeser dari satu negara ke negara lain.
Pertamanya hanya Israel dan Hamas Palestina yang saling serang mengirim peluru.
Tetapi saat ini Yaman seakan juga masuk dalam konflik internasional tersebut.
Yaman ( Houthi) merasa memiliki keterikatan dengan Palestina sehingga mereka menyerang kapal pengiriman komersil afiliasi Israel yang melewati laut merah sebagai bentuk solidaritas.
Perilaku milisi Houthi tentunya menyebabkan Amerika Serikat beserta kelompoknya naik darah.
Sehingga menyerang negara Yaman yang notabene menjadi markas milisi Houthi.
Akibatnya banyak masyarakat Yaman yang tidak mengerti apa apa menjadi ketakutan.
Karena hidupnya selalu dihantui oleh datangnya Bom atau serangan yang tidak bisa diprediksi.
Bahkan warga negara lain yang menetap di Yaman untuk belajar atau memiliki keperluan lain juga terganggu.
Misalnya warga Indonesia yang tinggal di Yaman untuk kepentingan belajar juga merasa tidak aman.
Akhirnya negara Indonesia melalui KBRI selalu memantau situasi warga negara tersebut karena khawatir menjadi korban serangan.
Emosi, pikiran dan harga minyak Naik setelah serangan
Selain berdampak kepada rusaknya sarana dan prasarana fasilitas umum di Yaman.
Harga minyak juga melonjak setelah serangan Amerika serikat dan kawan kawannya.
Informasi terakhir harga minyak naik lebih dari 2% pada hari Jumat. Mengutip AFP.
Banyak analis yang mengatakan bahwa minyakacuan AS, WTI, bisa melampaui US$75.
Sedangkan harga minyak lain seperti Brent, bisa melampaui US$80.
Disadari atau tidak lonjakan harga memicu kekhawatiran terhadap lonjakan inflasi baru.
Dampaknya adalah semakin mempersulit Bank sentral untuk mengambil kebijakan moneter pada tahun ini.
Mengutip pernyataan analis Morgan Stanley Investment Management Andrew Slimmon.
Dia mengatakan bahwa “Jika minyak meningkat secara substansial… itu akan berbahaya..skenario soft landing yang sangat mungkin terjadi tahun ini.
Tentunya analisa ini akan menghidupkan kembali kekhawatiran terhadap perekonomian dunia.
Sehingga negara dengan ekonomi kuat akan semakin lemah, dan negara berkembang akan semakin tidak berdaya.