Sebanyak 4.004 lembaga perguruan tinggi aktiv di Indonesia pada tahun 2022.
Data tersebut berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan tahun.
Meningkat 0,73% dibandingkan tahun sebelumnya yakni 3.975 perguruan tinggi.
Jumlah perguruan tinggi di Indonesia berfluktuasi cenderung meningkat.
tercatat Jumlah perguruan tinggi paling banyak mencapai 4.091 unit pada 2018.
Sebanyak 3.107 perguruan tinggi berada di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) pada 2022.
Sedangkan 897 Universitas lainnya berada di bawah Kementerian Agama.
Berdasarkan statusnya, perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia sebanyak 184 unit pada tahun lalu.
Sisanya sebanyak 3.820 kampus merupakan perguruan tinggi swasta (PTS).
Jawa Barat menjadi Provinsi yang paling banyak memiliki perguruan tinggi pada 2022, yakni 557 unit.
Posisinya diikuti oleh Jawa Timur dengan 522 perguruan tinggi. dataindonesia.id.
Fakta Pendidikan Tinggi dan Keprihatinan Pupuk Yang diderita Petani.
Banyaknya lembaga pendidikan tinggi masih belum mampu menjawab realitas sosial masyarakat.
Jika kita benturkan jumlah pendidikan tinggi dengan kondisi pertanian di Indonesia.
Maka peran dan manfaat dari lembaga tersebut masih belum bisa dirasakan secara maksimal.
Ini terbukti dengan banyaknya petani yang menderita karena kekurangan pupuk kimia.
Jikapun tersedia, harga yang dikeluarkan oleh pedagang sangat tinggi sampai mencekik.
Posisi dilematis berada dipundak petani karena tingginya harga pupuk tidak ditunjang dengan kepastian harga pasar yang menguntungkan.
Meskipun tidak semua kampus dan Universitas fokus serta menyediakan fakultas pertanian.
Paling tidak mampu memberikan terobosan brilian terhadap masalah pupuk di petani.
Dengan cara membuat sendiri pupuk tersebut serta menjamin ketersediaannya bagi para petani yang melakukan budidaya.
Mengingat di Indonesia banyak sekali professor dan penemu bidang ilmu pertanian.
Jika kita bedah terkait Penyebab minimnya produksi pupuk NPK atau Nitrogen Fosfor dan Kalium.
Ternyata dalam negeri Indonesia kekurangan bahan fosfor serta kalium sehingga tidak bisa memproduksi sendiri.
Sedangkan untuk bahan baku urea yakni nitrogen, RI memiliki sumberdaya yang cukup melimpah.
“Di Indonesia fosfor kalium kecil, jadi gak bisa penuhi kebutuhan nasional. Impornya Fosfor mayoritas negara Timteng, China. Sedangkan Kalium yang jenis pupuknya KCL potasium 30% kebutuhan dunia dari Rusia dan Belarusia.
Ungkap SVP Sekretaris Perusahaan PT Pupuk Indonesia Wijaya Laksana di Kementerian BUMN, Senin (13/3/2023) mengutip CNBC.
Selama perang 1/3 kebutuhan dunia hilang, otomatis harga gila-gilaanan,” kata Wijaya.
Demi memenuhi kebutuhan Fosfor dan Kalium, Pupuk Indonesia mencari sumber bahan baku lain.
Caranya menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan dari negara selain Rusia, diantaranya dari Laos, Mesir hingga Kanada.
“KCL impor 800 ribu ton, Fosfor 400 ribu ton dari Timteng seperti Jordania, Mesir.
Sikap Marhaenis Terkait Posisi Lembaga Pendidikan Dan Petani Indonesia.
Melihat kontra realita antara jumlah lembaga pendidikan tinggi dengan kondisi pupuk petani.
Pusat Kajian Marhaenis memberikan pemikiran positif terhadap realitas sosial tersebut.
Yakni mengajak semua lembaga pendidikan tinggi serta pemerintah pusat dan daerah.
Untuk duduk satu meja membahas serta mencari solusi krisisnya dunia pertanian Indonesia.
Khusus untuk konsentrasi membuat pupuk agar ketersediaannya selalu ada bagi petani.
Dengan harga yang murah tanpa harus menjadi korban geopolitik internasional yakni mengimpor pupuk dari negara yang sedang berperang.
Ketika pupuk berhasil diciptakan dan pengaruhnya bagi tanaman sangat baik setelah melewati uji aplikasi.
Maka kondisi perekonomian Bangsa dan Negara Indonesia akan semakin maju pesat.
Karena pendapatan petani sangat tinggi disebabkan budidaya tanpa kekurangan pupuk.
Dan harga beras tidak melambung tinggi karena ketersediaan komoditas dagang.
Kalaupun terjadi over produksi komoditas pertanian, pemerintah secepatnya wajib membuka pintu ekspor.
Agar jumlah produksi pertanian seimbang dengan jumlah kebutuhan masyarakat.
Penulis
Sugiono
Pusat Kajian Marhaenis
Ketua Bidang Advokasi Petani