Pusat Kajian Marhaenis: Kontra Realita Lembaga Pendidikan Tinggi Dengan Posisi Petani

- Jurnalis

Senin, 8 Januari 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto Sugiono Ketua Divisi Advokasi Petani

Foto Sugiono Ketua Divisi Advokasi Petani

Sebanyak 4.004 lembaga perguruan tinggi aktiv di Indonesia pada tahun 2022.

Data tersebut berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan tahun.

Meningkat 0,73% dibandingkan tahun sebelumnya yakni 3.975 perguruan tinggi.

Jumlah perguruan tinggi di Indonesia berfluktuasi cenderung meningkat.

tercatat Jumlah perguruan tinggi paling banyak mencapai 4.091 unit pada 2018.

Sebanyak 3.107 perguruan tinggi berada di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) pada 2022.

Sedangkan 897 Universitas lainnya berada di bawah Kementerian Agama.

Berdasarkan statusnya, perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia sebanyak 184 unit pada tahun lalu.

Sisanya sebanyak 3.820 kampus merupakan perguruan tinggi swasta (PTS).

Jawa Barat menjadi Provinsi yang paling banyak memiliki perguruan tinggi pada 2022, yakni 557 unit.

Posisinya diikuti oleh Jawa Timur dengan 522 perguruan tinggi. dataindonesia.id.

Fakta Pendidikan Tinggi dan Keprihatinan Pupuk Yang diderita Petani.

Banyaknya lembaga pendidikan tinggi masih belum mampu menjawab realitas sosial masyarakat.

Jika kita benturkan jumlah pendidikan tinggi dengan kondisi pertanian di Indonesia.

Maka peran dan manfaat dari lembaga tersebut masih belum bisa dirasakan secara maksimal.

Ini terbukti dengan banyaknya petani yang menderita karena kekurangan pupuk kimia.

Jikapun tersedia, harga yang dikeluarkan oleh pedagang sangat tinggi sampai mencekik.

Baca Juga :  Profil Hakim Konstitusi Yang Menyatakan Dissenting Opinion Dalam Sengketa Pilpres 2024

Posisi dilematis berada dipundak petani karena tingginya harga pupuk tidak ditunjang dengan kepastian harga pasar yang menguntungkan.

Meskipun tidak semua kampus dan Universitas fokus serta menyediakan fakultas pertanian.

Paling tidak mampu memberikan terobosan brilian terhadap masalah pupuk di petani.

Dengan cara membuat sendiri pupuk tersebut serta menjamin ketersediaannya bagi para petani yang melakukan budidaya.

Mengingat di Indonesia banyak sekali professor dan penemu bidang ilmu pertanian.

Jika kita bedah terkait Penyebab minimnya produksi pupuk NPK atau Nitrogen Fosfor dan Kalium.

Ternyata dalam negeri Indonesia kekurangan bahan fosfor serta kalium sehingga tidak bisa memproduksi sendiri.

Sedangkan untuk bahan baku urea yakni nitrogen, RI memiliki sumberdaya yang cukup melimpah.

“Di Indonesia fosfor kalium kecil, jadi gak bisa penuhi kebutuhan nasional. Impornya Fosfor mayoritas negara Timteng, China. Sedangkan Kalium yang jenis pupuknya KCL potasium 30% kebutuhan dunia dari Rusia dan Belarusia.

Ungkap SVP Sekretaris Perusahaan PT Pupuk Indonesia Wijaya Laksana di Kementerian BUMN, Senin (13/3/2023) mengutip CNBC.

Selama perang 1/3 kebutuhan dunia hilang, otomatis harga gila-gilaanan,” kata Wijaya.

Demi memenuhi kebutuhan Fosfor dan Kalium, Pupuk Indonesia mencari sumber bahan baku lain.

Caranya menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan dari negara selain Rusia, diantaranya dari Laos, Mesir hingga Kanada.

Baca Juga :  Dongeng Danau Lipan Kalimantan Timur, Memiliki Ratu Cantik Tetapi Tidak Mau Dinikahi Raja China

“KCL impor 800 ribu ton, Fosfor 400 ribu ton dari Timteng seperti Jordania, Mesir.

Sikap Marhaenis Terkait Posisi Lembaga Pendidikan Dan Petani Indonesia.

Melihat kontra realita antara jumlah lembaga pendidikan tinggi dengan kondisi pupuk petani.

Pusat Kajian Marhaenis memberikan pemikiran positif terhadap realitas sosial tersebut.

Yakni mengajak semua lembaga pendidikan tinggi serta pemerintah pusat dan daerah.

Untuk duduk satu meja membahas serta mencari solusi krisisnya dunia pertanian Indonesia.

Khusus untuk konsentrasi membuat pupuk agar ketersediaannya selalu ada bagi petani.

Dengan harga yang murah tanpa harus menjadi korban geopolitik internasional yakni mengimpor pupuk dari negara yang sedang berperang.

Ketika pupuk berhasil diciptakan dan pengaruhnya bagi tanaman sangat baik setelah melewati uji aplikasi.

Maka kondisi perekonomian Bangsa dan Negara Indonesia akan semakin maju pesat.

Karena pendapatan petani sangat tinggi disebabkan budidaya tanpa kekurangan pupuk.

Dan harga beras tidak melambung tinggi karena ketersediaan komoditas dagang.

Kalaupun terjadi over produksi komoditas pertanian, pemerintah secepatnya wajib membuka pintu ekspor.

Agar jumlah produksi pertanian seimbang dengan jumlah kebutuhan masyarakat.

 

Penulis
Sugiono
Pusat Kajian Marhaenis
Ketua Bidang Advokasi Petani

Berita Terkait

Demi Bangsa dan Negara Indonesia Saatnya Kaum Jelata Bicara Fakta, Tolak Segala Bentuk Gerakan Yang Menciderai Pilihan Rakyat
Kebijakan Salah Sasaran Cerminan Ketidakbecusan Pengelolaan Keuangan Negara, Harus Dilakukan Revolusi Skala Prioritas
TRAGEDI FILOSOFIS PANCASILA 1 JUNI
Anak Petani Bisa Menjadi Kaya Raya Melalui Wirausaha dan Pendidikan Bermutu, Jangan Tinggalkan Dunia Pertanian
Peran Marhaenis di Tengah Gempuran Media Digitalisasi, Antara Peluang dan Ancaman Masa Depan
Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Harus Perintahkan Penyuluh Untuk Mendampingi Petani, Jangan Hanya Sibuk Urusi Administrasi
Jas Merah Berdarah, Jangan Sekali Kali Melupakan Sejarah dan Belajarlah Dari Sejarah
REALISME SOSIAL

Berita Terkait

Jumat, 6 Juni 2025 - 14:42 WIB

Demi Bangsa dan Negara Indonesia Saatnya Kaum Jelata Bicara Fakta, Tolak Segala Bentuk Gerakan Yang Menciderai Pilihan Rakyat

Kamis, 5 Juni 2025 - 08:33 WIB

Kebijakan Salah Sasaran Cerminan Ketidakbecusan Pengelolaan Keuangan Negara, Harus Dilakukan Revolusi Skala Prioritas

Minggu, 1 Juni 2025 - 00:09 WIB

TRAGEDI FILOSOFIS PANCASILA 1 JUNI

Sabtu, 31 Mei 2025 - 22:43 WIB

Anak Petani Bisa Menjadi Kaya Raya Melalui Wirausaha dan Pendidikan Bermutu, Jangan Tinggalkan Dunia Pertanian

Sabtu, 31 Mei 2025 - 09:27 WIB

Peran Marhaenis di Tengah Gempuran Media Digitalisasi, Antara Peluang dan Ancaman Masa Depan

Berita Terbaru

Nasionalis

Manusia Methodologis dan Bangkitnya Soekarnoisme

Sabtu, 14 Jun 2025 - 11:33 WIB