Bukan dari Indonesia Romo Franz Magnis-Suseno lahir di Nurnberg, Jerman, pada 26 Mei 1936, dengan nama Franz Graf von Magnis.
Romo merupakan seorang imam Katolik, pengajar filsafat, dan juga penulis. Magnis merupakan anggota Serikat Yesus.
Layaknya pastur pada umumnya, Frans Magnis-Suseno pun memiliki panggilan akrab yakni Romo Magnis.
Dia merupakan alumni Kolese Yesuit di St. Blasien tahun 1955 dan bergabung dengan Ordo Yesuit dan menjadi rohaniawan muda Katolik.
Selama Dua tahun pertama di Ordo Yesuit, Romo Magnis menghabiskan waktu dengan mendalami kerohanian di Neuhauseun.
Setelah menuntaskan studi filsafat di Pullach, Jerman, dia datang ke Indonesia sebagai misionaris pada 1961.
Selain menyebarkan agama, Romo Magnis bertujuan datang ke Indonesia karena ingin belajar di Jogjakarta tentang filsafat dan teologi.
Romo mempelajari bahasa dan kebudayaan Jawa agar dapat dengan mudah membaur dalam kehidupan masyarakat setempat.
Setelah lama di Indonesia, Romo diangkat menjadi pastur dan mendapatkan tugas belajar di Jerman sampai ia memperoleh gelar doktor bidang filsafat.
Sebagai syarat kelulusan maka dIa menyusun sebuah disertasi tentang Karl Max saat penempuhan studi tersebut.
Pada 1973, Romo Magnis menempuh doktoral filsafat dari Universitas München dan sejak 1969 menjadi dosen tetap dan guru besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara di Jakarta.
Rasa cinta kepada Indonesia membawa Romo Magnis mengganti kewarganegaraan Pada tahun 1977.
Secara sah dia menjadi warganegara Indonesia dan menambahkan nama Suseno di belakang namanya.
Karya Romo Magnis banyak menulis buku dan artikel tentang Jawa, salah satu buku berjudul ‘Etika Jawa’.
Ternyata Romo menulis buku ini setelah selesai menjalankan tahun sabbat di Paroki Sukoharjo, Jawa Tengah.
Buku lainnya yang selalu menjadi acuan atau referensi bagi mahasiswa ilmu politik dan filsafat di Indonesia adalah ‘Etika Politik’.
Romo Magnis terkenal sebagai orang yang ramah dan bersahabat dengan semua orang tanpa membeda-bedakan golongan.
Dalam hidupnya dia seperti filsafat Jawa yang dia pelajari untuk bersikap baik kepada siapa pun.
Serta menerima perspektif baru tentang Islam dari interaksi positifnya dengan Gus Dur dan Cak Nur yang dikaguminya.
Romo Frans Magnis Suseno juga cendekiawan cerdas yang mendapatkan gelar doktor kehormatan bidang teologi dari Universitas Luzern Swiss.