Tayangan televisi seringkali menampilkan diskusi yang berujung kepada perdebatan yang tidak prinsipil.
Bahkan tidak jarang narasumber mengeluarkan perkataan yang tidak pantas dan intonasi yang sarat dengan emosi.
Tindakan tersebut disadari atau tidak pasti akan memiliki dampak yang signifikan terhadap psikologi rakyat.
Dalam konteks politik, kritik memiliki peran penting dalam memastikan akuntabilitas pemerintahan dan menjaga keseimbangan kekuasaan.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kita telah menyaksikan tren di mana kritik politik semakin memecah belah persatuan dalam sebuah negara.
Salah satu dampak dari kritik politik yang semakin memecah persatuan adalah polarisasi masyarakat.
Ketika kritik terhadap pemerintah atau partai politik tertentu menjadi semakin tajam.
Secara otomatis membuat masyarakat cenderung terbagi menjadi kubu-kubu yang saling bertentangan.
Hal ini dapat menciptakan kesenjangan yang mendalam antara berbagai kelompok dalam masyarakat.
Yang dapat mengancam stabilitas politik dan sosial suatu negara serta pertumbuhan ekonominya.
Selain itu, kritik politik yang berlebihan juga dapat melemahkan legitimasi pemerintah.
Ketika kritik terhadap kebijakan atau tindakan pemerintah menjadi dominan dan berubah menjadi sebuah gerakan.
Maka hal itu dapat merongrong kepercayaan masyarakat terhadap otoritas dan institusi politik.
Dampaknya adalah pemerintah mungkin kesulitan untuk melaksanakan kebijakan publik dengan efektif, karena kurangnya dukungan dan legitimasi dari masyarakat.
Tidak hanya itu, kritik politik yang tidak terkendali juga dapat memicu konflik sosial.
Pada saat retorika politik dipenuhi dengan serangan pribadi, demonisasi lawan politik, atau bahkan disinformasi.
hal itu dapat menciptakan ketegangan yang meningkat di antara berbagai kelompok dalam masyarakat.
Konflik-konflik semacam ini dapat dengan mudah memperburuk polarisasi dan memicu kekerasan politik yang lebih serius.
Penting untuk diingat bahwa kritik politik yang konstruktif adalah bagian penting dari demokrasi yang sehat.
Namun, kritik tersebut haruslah berlandaskan pada argumen yang rasional dan bertujuan untuk memperbaiki keadaan, bukan untuk memecah belah masyarakat.
Para pemimpin politik, tokoh masyarakat, dan media massa memiliki tanggung jawab untuk mempromosikan diskusi yang bermutu dan menghindari retorika yang memecah belah.
Dalam menghadapi tantangan ini, diperlukan upaya bersama dari seluruh elemen masyarakat untuk membangun dialog yang inklusif dan memperkuat nilai-nilai persatuan.
Hanya dengan memahami perbedaan, menghargai keragaman, dan berkomitmen untuk bekerja sama.
kita dapat mengatasi polarisasi politik dan memperkuat fondasi persatuan dalam masyarakat.
Penulis
Prasetya Wahyu
Pengamat sosial Masyarakat Sandal Jepit