Peristiwa politik tidak selalu memastikan bahwa penguasa adalah pemenang dalam sebuah kontestasi.
Karena kemenangan pertama dengan janji yang bagus akan menjadi penilaian tersendiri bagi masyarakat.
Ketika janji yang ditawarkan tidak dilaksanakan pada saat berkuasa maka kepercayaan publik akan menurun.
Partai oposisi Korea Selatan menang telak pada pemilihan parlemen yang berlangsung hari Rabu (10/4).
Hasil politik ini memberikan pelajaran terhadap Presiden Yoon Suk Yeol dan partai konservatifnya.
Partai Demokrat (DP) ditargaetkan mendapat lebih dari 170 dari 300 kursi di badan legislatif baru.
Informasi tersebut menurut data Komisi Pemilihan Umum Nasional dan berita berbagai media.
Lebih dari 99% suara dihitung pada hari Kamis (11/4) pukul 05.55 waktu setempat.
Partai liberal dianggap bersekutu dengan DP diperkirakan memperoleh minimal 10 kursi.
“Para pemilih memilih saya, itu merupakan penilaian Anda terhadap pemerintahan Yoon Suk Yeol.
Anda memberitugas kepada Partai Demokrat untuk selalu bertanggung jawab.
Terhadap penghidupan masyarakat dan menciptakan masyarakat yang lebih baik ,” ujar pemimpin DP Lee Jae-myung.
Lee mendapat kursi legislatif di kota Incheon di sebelah barat ibu kota, Seoul.
Dan bertarung melawan kandidat kelas berat konservatif yang dianggap sebagai sekutu utama Yoon.
Kompetisi tersebut dipandang beberapa analis sebagai referendum terhadap Yoon.
Saat popularitasnya merosot karena krisis biaya hidup dan serangkaian skandal politik.
“Penghakiman menjadi tema yang umum dan muncul dalam komentar para pemenang oposisi.
Mereka berkampanye dengan fokus pada apa yang mereka katakan sebagai salah urus ekonomi oleh Yoon.
Dia enggan mengakui istrinya bertindak tidak pantas dengan menerima hadiah tas merek Dior.
Ibu Negara Kim Keon Hee tidak terlihat di depan umum sejak 15 Desember dan tidak hadir ketika Yoon memberikan suaranya.
Hal tersebut mencerminkan beberapa analis dan anggota partai oposisi bahwa.
dia telah menjadi beban politik yang serius bagi Yoon dan Partai Kekuatan Rakyat (PPP).