Nasionalisme dan Internasionalisme Gagasan Bung Karno Tetap Relevan Sepanjang Zaman

- Jurnalis

Minggu, 1 Juni 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

 

Dalam peringatan Hari Lahir Pancasila, penting untuk kembali menengok warisan pemikiran Bung Karno, terutama soal hubungan erat antara nasionalisme dan internasionalisme. Dalam pidatonya yang bersejarah pada 1 Juni 1945 di sidang BPUPKI, Soekarno menegaskan bahwa nasionalisme Indonesia tidak bisa dipisahkan dari semangat internasionalisme.

 

Bagi Soekarno, nasionalisme sejati bukanlah kecintaan buta kepada bangsa sendiri, melainkan kecintaan yang bersanding dengan kepedulian terhadap nasib bangsa-bangsa lain. “Jika kita hanya mencintai bangsa sendiri dan tidak peduli pada perjuangan bangsa lain, itu namanya chauvinisme,” tegas Bung Karno. Nasionalisme yang tertutup, menurutnya, justru membuka jalan bagi kekejaman imperialisme.

Baca Juga :  Budaya Kabupaten Badung Yang Tetap Lestari HIngga Sekarang, Sempat Dihentikan Penjajah Karena Khawatir Ada Pemberontakan

 

Gagasan ini kemudian dituangkan dalam sila kedua Pancasila “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.” Sila ini menjadi fondasi penting karena memuat prinsip-prinsip yang melampaui sekat-sekat kebangsaan, ras, agama, maupun warna kulit. Di dalamnya terkandung pengakuan akan harkat dan martabat setiap manusia sebagai makhluk Tuhan, serta prinsip kesetaraan hak dan kewajiban bagi seluruh umat manusia.

 

Menariknya, Bung Karno menempatkan sila ini di atas asas kebangsaan, menegaskan bahwa kemanusiaan harus menjadi fondasi dalam membangun bangsa. Nasionalisme, jika tidak dibingkai dalam semangat kemanusiaan universal, berisiko menjadi sempit dan menindas.

Baca Juga :  Indeks FAO Melaporkan Harga Beras Dan Gula Meningkat di Atas 20 Persen

 

Kini, ketika dunia menghadapi tantangan global seperti krisis kemanusiaan, perubahan iklim, dan ketidaksetaraan antarbangsa, pesan Bung Karno menjadi semakin relevan. Nasionalisme tidak boleh berarti menutup diri, melainkan menjadi kekuatan untuk membangun solidaritas global demi keadilan dan perdamaian dunia.

 

Semangat internasionalisme dalam Pancasila bukan sekadar wacana, melainkan arah moral dan politik yang harus terus dijaga oleh bangsa Indonesia. Dalam dunia yang semakin terhubung, nasionalisme dan internasionalisme bukan dua kutub yang berseberangan, melainkan satu tarikan nafas perjuangan menuju kemerdekaan sejati umat manusia.

Penulis

Al_vinosa

Kader GMNI Cabang Pamekasan

Berita Terkait

Manusia Methodologis dan Bangkitnya Soekarnoisme
Sarinah GMNI Pamekasan Menjadi Inspirasi Perempuan di Indonesia, Disiarkan Langsung Oleh K-TV
RIGHT OR WRONG IS MY COUNTRY
 DUNIA MATERIALITAS, Bersihkan Kekotoran Batin Manusia Yang Terakumulasi Selama Ratusan Tahun
Tindakan EKSISTENSIAL Anak Manusia
KEBANGKITAN NASIONAL Adalah Bangkit Dari Segala Bentuk Ketakutan
Mengembalikan Orisinalitas Konsep NKRI Harga Mati Tidak Pernah Lelah Di Bumi Pertiwi
Konsekuensi Sebuah Republik dan Dosa Terbesar  Rezim Reformasi

Berita Terkait

Sabtu, 14 Juni 2025 - 11:33 WIB

Manusia Methodologis dan Bangkitnya Soekarnoisme

Minggu, 1 Juni 2025 - 17:22 WIB

Nasionalisme dan Internasionalisme Gagasan Bung Karno Tetap Relevan Sepanjang Zaman

Sabtu, 31 Mei 2025 - 22:16 WIB

Sarinah GMNI Pamekasan Menjadi Inspirasi Perempuan di Indonesia, Disiarkan Langsung Oleh K-TV

Senin, 26 Mei 2025 - 17:29 WIB

RIGHT OR WRONG IS MY COUNTRY

Senin, 26 Mei 2025 - 08:59 WIB

 DUNIA MATERIALITAS, Bersihkan Kekotoran Batin Manusia Yang Terakumulasi Selama Ratusan Tahun

Berita Terbaru

Nasionalis

Manusia Methodologis dan Bangkitnya Soekarnoisme

Sabtu, 14 Jun 2025 - 11:33 WIB