Kecerdasan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh Habibie diakui oleh berbagai negara di dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pemikirannya yang tajam mampu memecahkan misteri kedirgantaraan yang belum bisa dipecahkan bangsa Eropa.
Hal itu yang menyebabkan dia sangat dihormati dan dihargai oleh banyak ilmuan terutama yang menekuni bidang pesawat.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Jerman dia Habibie mamasuki dunia kerja dengan sangat mudah.
Ketika berada di Industri Penerbangan Internasional Usai menyelesaikan pendidikan doktor di bidang teknik kedirgantaraan.
Selanjutnya Habibie bergabung dengan Messerschmitt-Bolkow-Blohm (MBB), sebuah perusahaan penerbangan Jerman.
Di perusahaan ini dia mengembangkan Metode Habibie (aerodinamika), Teorema Habibie (konstruksi), dan Faktor Habibie (termodinamika).
Sejarah tercipta selama berkarir di MBB, Habibie mengembangkan suatu metode yang akhirnya bisa mengubah wajah dunia penerbangan.
Metode atau penemuan yang hebat itu adalah teori perambatan retak atau crack propagation theory.
Mendapat Julukun Mr. Crack
Penemuan yang fenomenal dan mengguncang dunia itu membuat Habibie mendepat julukan kesayangan dari rekannya.
Sehingga dia dijuliki Mr. Crack. Teori perambatan retak dicetuskan Habibie untuk menjawab akibat kecelakaan pesawat saat itu.
Faktor utamanya disebabkan karena kegagalan konstruksi, kebanyakan karena kelelahan (fatigue) pada badan pesawat.
Pada dekade 1960-an, kecelakaan pesawat sering terjadi karena kegagalan konstruksi, kebanyakan karena kelelahan pada badan pesawat.
Dalam analisanya pada saat terjadi kelelahan logam,maka itu adalah awal dari sebuah retakan.
Posisi titik kritis kelelahan pada umumnya terletak pada sambungan antara sayap, dan dudukan mesin, atau antara sayap dan badan pesawat.
Dia menyimpulkan bahwa titik-titik ini mengalami turbulensi konstan, terutama saat lepas landas dan mendarat.
Titik retak akan terus bercabang dan menyebar hari demi hari di dalam struktur pesawat.
Dampak yang buruk akan terjadi Jika tidak terdeteksi karena sayap bisa patah saat lepas landas.
Pada waktu itu masih sulit untuk menemukan kelelahan ini lebih awal, karena tidak ada pemindai laser atau sensor untuk mengatasi masalah krusial ini.
Tingkat risiko kelelahan pesawat semakin signifikan, karena industri penerbangan beralih dari penggunaan baling-baling ke jet.
Melalui teori yang dicetuskan Habibie, titik retak dapat diprediksi lebih awal Ini membuat pesawat lebih aman.
Sehingga mengurangi risiko kegagalan mendadak, sekaligus membuat perawatannya lebih murah dan mudah.
Dengan titik retak tertentu, konstruksi pesawat juga menjadi lebih cepat karena uji fatigue dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat.
Sebelumnya, para praktisi penerbangan mengatasi kemungkinan retakan dengan meningkatkan faktor keamanan.
Ini berarti menggunakan komposisi bahan yang lebih berat untuk badan pesawat menggunakan paduan aluminium dan baja.
Setelah titik retak dapat ditentukan, faktor keamanan dapat dikurangi dan pesawat dapat dibuat dengan menggunakan material yang lebih ringan.
Langkah Inilah yang disebut “Faktor Habibie”, yang dapat meringankan bobot kosong operasi.
yakni bobot penumpang dan pesawat tanpa bobot bahan bakar, hingga 10% dari bobot sebelumnya.
Penurunan angka ini bisa turun hingga 25% setelah Habibie memperhitungkan penggunaan material komposit ke badan pesawat.
Penggunaan material komposit tidak membuat penurunan berat badan maksimal take off weight-nya.
Artinya bahwa berat total pesawat ditambah penumpang dan bahan bakar, ikut merosot.
Dengan begitu, secara umum daya angkut dan pesawat bertambah jarak tempuh lebih jauh.
Ada banyak keuntungan yang didapatkan Sehingga secara ekonomis, performa pesawat dapat ditingkatkan.
Faktor Habibie juga berperan dalam pengembangan teknologi penggabungan bagian per bagian badan pesawat.
Sehingga sambungan badan pesawat yang berbentuk silinder dengan sayap samping yang berbentuk oval.
Berfungsi untuk meningkatkan kemampuan menahan tekanan udara saat badan pesawat lepas landas.
Begitu juga sehubungan dengan pembuatan landing gear badan pesawat yang jauh lebih kokoh.
Sehingga memiliki fungsi yakni mampu menahan beban saat pesawat mendarat di bandara.
Teori perambatan retak yang dicetuskan Habibie mampu menjawab kebuntuan selama 40 tahun dalam sejarah penerbangan komersial.
Penemuan Teori tersebut diakui oleh lembaga penerbangan Eropa dan diadopsi pada pesawat komersial terbaru saat itu, seperti A300 yang diproduksi oleh Airbus.
Manfaat dari Teori yang ia cetuskan ini, membawa karir Habibie semakin maju di MBB, dengan posisi terakhir sebagai Vice President, pada 1974.