Kondisi geopolitik internasional semakin memanas seiring dengan tewasnya pejabat tinggi anti Amerika dan Sekutunya.
Berbagai organisasi yang dianggap teroris oleh Amerika melakukan protes terang terangan.
Bahkan ada salah satu pihak yang mengancam akan melakukan serangan langsung kepada Israel.
Milisi penguasa Yaman, Houthi, dan kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah, buka suara serta berteriak keras.
Hal itu disebabkan karena serangan Israel yang menewaskan pemimpin Ismail Haniyeh.
Hal ini dilontarkan saat kedua kelompok itu masih bersitegang dengan Tel Aviv akibat serangan ke Gaza.
Anggota Biro Politik Houthi, Mohammed Ali Al Huthi, murka terhadap serangan itu seraya menyebutnya tindakan “teroris dan kriminal”.
Ia menyebut serangan itu melanggar kaidah kemanusiaan dan juga aturan hukum.
“Menargetkannya adalah kejahatan teroris yang keji dan pelanggaran hukum dan nilai-nilai ideal yang mencolok,” tulisnya di akun X resmi yang dikutip AFP.
Pernyataan yang sama juga dikatakan Hizbullah. Kelompok itu juga mengecam pembunuhan Haniyeh.
Diketahui, kematian Haniyeh terjadi tidak lama setelah Israel melakukan serangan ke Lebanon.
Serangan itu juga diklaim menewaskan komandan senior Hizbullah, Fuad Shukr.
Pembunuhan Haniyeh menguatkan tekad dan kekeraskepalaan para pejuang untuk melawan Israel,” ucap organisasi tersebut di Telegram.
“Kami di Hizbullah berbagi dengan saudara-saudara kami yang terkasih di gerakan Hamas semua perasaan pedih atas kehilangan pemimpin besar ini,” tambahnya.
“Perasaan marah atas kejahatan musuh, perasaan bangga bahwa para pemimpin dalam gerakan kami memimpin rakyat dan mujahidin mereka menuju kesyahidan,” kata pesan kelompok itu
Organisasi Hamas, Hizbullah, dan Houthi, merupakan sekutu yang bergabung dalam poros yang disebut sebagai ‘poros perlawanan’.
Aliansi tersebut terus melakukan perlawanan terhadap sikap Israel yang terus mencaplok tanah Palestina.